Kemarin istri ambil uang ke atm untuk beli groseri bulanan. Agar terhindar dari belanja impulsif, biasanya dia hanya menarik sejumlah kebutuhan.
Ternyata waktu itu, tanpa disengaja, nominal yang dipilih lebih. "Ah ya sudah, buat pegangan siapa tahu ada keperluan mendadak nantinya," batinnya.
Tak diduga, Minggu pagi tadi tiba-tiba seseorang mengetok pintu. Setelah ditengok, rupanya Mba fulanah, pedagang sayur langganan.
Sambil terheran-heran karena H-1 lebaran lumrahnya sudah tidak jualan, istri saya bertanya ada apakah gerangan.
Disertai ekspresi kelelahan yang tergambar dari wajah lusuhnya, beliau memohon agar istri saya membeli dagangan ayam merah yang beliau bawa.
"Tolong ditumbas, kulo pun ider muter deso dereng wonten sik purun," begitu kira-kira ujarnya. Saat itu sebetulnya kami sudah beli ayam bahan opor.
Sebelum menolak tawaran tersebut, istri teringat peristiwa kelebihan uang yang ditarik dari ATM dan juga dua anak kembar mba fulanah yang jelas butuh nafkah.
"Kasihan kalau tidak dibeli, apalagi di momen itu umumnya sosok ibu sibuk di dapur memasak hidangan hari raya bukan jualan mengais rupiah," jelas istri.
"Mungkin juga Rp.100.000 yang tidak direncanakan itu memang Allah takdirkan untuk belanja ayam mba fulanah," tambahnya
Di akhir obrolan, saya benarkan keputusan istri. "Ekonomi sedang sulit, cari duit menjelang lebaran sekarang memang sesusah itu," ungkap saya.
For those who are entrusted with wealth hence the current economic turmoil is not harmful for them, please be nice to others. Lebaran tahun ini sungguh tidak mudah bagi banyak orang.
Comments