Peran Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dalam Perjuangan Bangsa Indonesia

segenap murid Haji Agus Salim yang mengurus Jong Islamieten Bond (dikutip dari Majalah Tempo)


Sanad keilmuan pendiri Muhammadiyah, NU, dan banyak tokoh pergerakan nasional bertemu pada satu nama besar yang lahir pada 26 Mei 1860 di Nusantara dan wafat 13 Maret 1916 di Mekah. Beliau adalah Syaikh Ahmad Khatib yang berasal dari Tanah Minangkabau.

Secara fiqih beliau dikenal sebagai mufti bermazhab Syafi', sedangkan dalam persoalan aqidah, paman Haji Agus Salim tersebut berpaham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Sedikit berbeda dengan pendaku Aswaja di masa kolonial, beliau terangan-terangan menentang praktik kultus tarikat khususnya Naqsabnadiyah, syirik, bid'ah dan khurofat yang kala tersebut mendominasi sanubari muslim di Hindia Belanda. 

Sebagai panutan, Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Rahimahullah adalah tempat belajar KH Ahmad Dahlan, Hadratu Syaikh Hasyim Asy'ari, Syaikh Abdul Karim Amrullah, Haji Agus Salim, Haji Mas Mansur, Syaikh Sulaiman ar-Rasuli, Syaikh Djamil Djambek dan Syaikh Abdullah Ahmad. Usai berguru di Mekkah, mereka semua pulang kemudian aktif berdakwah di Nusantara. 

Walaupun sejak usia 11 tahun hidup di Hijaz, ilmu yang diajarkan Syaikh Ahmad Khatib kepada sosok-sosok tersebut turut memberikan sumbangsih bagi perjuangan bangsa dan kemerdekaan Indonesia

Kiprah Segenap Murid di Nusantara

KH Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansoer mendirikan Muhammadiyah lalu berkontribusi dalam pergerakan nasional. Hadratu Syaikh Hasyim Asy'ari pun melakukan hal sama dengan NU.  Kelak kedua organisasi tersebut, seirama dengan Persis dan Al Irsyad bersatu menyokong Masyumi. 

Syaikh Abdullah Ahmad dan Syaikh Djamil Djambek pulang ke Sumatera Barat lalu membuka pesantren dan mengelola Majalah Al Munir. Saat remaja Muhammad Hatta pernah belajar langsung kepada Syaikh Abdullah Ahmad di Sekolah Adabiyah Padang. Adapun Al Munir yang dimotori Syaikh Djamil Djambek merupakah salah satu bacaan Sang Bapak Koperasi.

Syaikh Abdul Karim Amrullah adalah motor penggerak Madrasah Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Dari sekolah tersebut, muncul nama tenar seperti Muhammad Natsir dan Rasuna Said. Selain terkenal karena ilmu agama yang mumpuni, beliau juga masyhur setelah berani menolak perintah Kempetai untuk membungkuk bersujud kepada Kaisar Hirohito. Penolakan yang di masa pendudukan Jepang sering berakibat hukuman mati. 

Serupa dengan teman seperguruan lainnya, Haji Agus Salim aktif bergerak di Jawa dengan peran sebagai orang kepercayaan HOS Tjokroaminoto mengurus Syarikat Islam hingga bertransformasi menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia. 

Bersama KH Ahmad Dahlan, kakak senior, The Grand Old Man membidani lahirnya Jong Islamieten Bond (JIB). Kelompok pengajian mahasiswa muslim pertama di Nusantara. Dari sana, muncul tokoh besar seperti Muhammad Natsir, Muhammad Roem dan Kasman Singodimedjo

Masih berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, KH Mas Mansoer, KH Ahmad Dahlan, Haji Agus Salim adalah anggota BPUPKI mewakili golongan Islam. Mereka perumus Piagam Jakarta lengkap dengan klausa "Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". 

Setelah proklamasi, bersama beberapa murid di JIB, Haji Agus Salim juga berperan vital dalam upaya diplomasi Indonesia ke negara-negara Arab Muslim. Usaha tersebut membuahkan pengakuan de-jure atas kemerdekaan nasional yang memperkuat daya tawar Indonesia di hadapan Belanda di meja perundingan

Peran Cucu Murid di Indonesia

Siapa tidak kenal Muhammad Hatta, cucu murid Syaikh Ahmad Khatib dari jalur Syaikh Abdullah Ahmad adalah satu-satunya Pahlawan Proklamasi yang dikenal istiqomah hingga wafat. Pengajaran agama yang diperoleh beliau jadi salah satu motivasi utama aktif dalam pergerakan nasional sejak usia belasan tahun.

Selain Sumatra Thawalib, murid Syaikh Ahmad Khatib yang mempersunting Siti Zaenab juga mewariskan mewariskan seorang tokoh bernama KH Abdul Malik Karim Amrullah. Ulama, sastrawan, sejarawan, politikus dan aktifis pergerakan ini sekarang dikenal dengan panggilan Hamka. 

Di masa Orde Baru, beliau memegang jabatan ketua pertama MUI. Di bawah kepemimpinannya, MUI tidak ragu menunjukkan sikap oposisi terhadap pemerintah dan kebijakan negara yang merugikan umat Islam. Integritas pula yang membuat beliau tidak ragu mengundurkan diri dari jabatan penting itu. 

Sedangkan ketiga murid KH Ahmad Dahlan dan Haji Agus Salim di JIB adalah tokoh cum pendiri Partai Masyumi, yang kemudian menduduki jabatan penting nasional di era Perang Revolusi hingga pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda di tahun 1949.

Setelah beberapa kali menjadi Menteri ketika perang kemerdekaan, di awal 1950 Natsir terpilih menjadi Perdana Menteri. Di masa beliau, Negara Federal Indonesia (RIS) dibubarkan lalu dikembalikan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Muhammad Roem adalah ketua delegasi Perundingan Roem-Royen yang terjadi pasca Agresi Militer Belanda 2. Di masa kabinet Hatta, alumni Sekolah Tinggi Hukum ini ditunjuk menjadi wakil Bapak Proklamasi menjalankan roda pemerintah. 

Kasman Singodimedjo merupakan anggota PPKI, yang terbentuk pasca proklamasi. Di tahun tersebut, beliau pun diangkat menjadi Jaksa Agung pertama. Setelah Pemilu 1955, sebagai anggota legislatif beliau berupaya mengembalikan 7 kata Piagam Jakarta yang hilang dari UUD. 

Begitulah sebagian jejak pengajaran Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Meskipun tidak sempat melihat Belanda terusir dari tanah kelahiran, peran beliau nyata lewat perjuangan segenap muridnya. Berkah dakwah beliau bagi Bangsa Indonesia pun terasa hingga sekarang.

 

Comments