Kesaktian Tidak Berguna Para Raja Jawa



Sejak didirikan dari hasil pembubaran Mataram sampai 1942, Keraton Yogyakarta dan Surakarta adalah negara vassal dari Belanda, Prancis, Inggris lalu kembali ke Belanda. Keduanya tidak pernah benar-benar merdeka dan berdaulat seutuhnya. 

Banyak kebijakan raja tidak bisa dieksekusi tanpa ijin penguasa di Batavia. Pengangkatan Putra Mahkota pun tidak sah jika tidak direstui Gubernur Jenderal yang saat itu menjabat di Tanah Jawa.

Lebih parah lagi, di akhir abad 19, di masa Sultan HB VII, kewenangan Raja menegakkan hukum pidana dan perdata di wilayah kekuasaannya dicabut total, menyisakan  pengadilan untuk keluarga Raja, dan sebagian kecil perkara agama. 

Di tahap itu, secara de facto dan de jure, Kesultanan lebih layak disebut simbol kebudayaan. Tidak punya kedaulatan politik, hukum dan wilayah yang selayaknya disandang sebuah negara. 

Terus kenapa. Ya ndak papa. Cuma mau ngasih tahu bukti bahwa ilmu klenik, kebatinan, kejawen, kesaktian metafisik Raja, Patih, Pangeran, dan Adipati Kerajaan Jawa tidak berguna di hadapan Bangsa luar yang lebih disiplin, tekun dan berintegritas.

Segala hal yang lebih layak disebut mitos tersebut hanya bermanfaat untuk menakut-nakuti rakyat sendiri dan membuat mereka takjub pada penguasanya. Tidak berfaedah nyata bagi ketahanan dan pembangunan negara.

Comments