Syarat-Syarat Kalimat Lailahaillallah

بسم  الله ِالرحمن الرحيم
1)      Ilmu yang Meniadakan Kebodohan
Ilmu adalah mengetahui petunjuk dan hidayah berdasarkan dalil dan seseorang yang mengucapkan kalimat Lailahaillallahu tidaklah dianggap sah dan diterima disisi Allah ucapannya tersebut sampai dia mengetahui makna dan kandungan serta konsekuensi dari Kalimat Lailahaillallahu, hal ini telah Allah terangkan dalam firman-Nya (yang artinya):
Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal (Muhammad 19).
Adapun makna dari kalimat Tauhid Lailahaillallahu sebagaimana yang telah diterangkanoleh para ulama kaum muslimin sejak zaman Sahabat Radhiyallahu anhum sampai masa kita sekarang ini adalah: Tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan segala sesuatu yang disembah selain Allah maka penyembahan terhadapnya adalah sebuah kebatilan yang paling batil dan kesesatan yang paling sesat.

2)       Keyakinan yang meniadakan keraguan
Maka sebuah keharusan bagi seseorang yang mengucapkan kalimat Lailahaillallahu untuk mengimani kebenaran makna dan segala bentuk konsekuensi dari kalimat tauhid dengan keimanan yang kuat dan kokoh bahwasanya tanpa keraguan sedikitpun, karena yang dinamakan iman tidaklah dikatakan sebagai iman kecuali diiringi dengan pengetahuan yang yakin tanpa sedikitpun keraguan dan prasangka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala (yang artinya):
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar (Al Hujurot 15)
            Maka barangsiapa yang keimanannya terhadap kebenaran makna dan konsekuensi kalimat tauhid tidak dengan keimanan yang kokoh, kuat dan teguh , atau dia ragu terhadapnya maka ucapan kalimat tauhid yang dia ucapkan  tidak berguna dan sah disisi Allah ta’ala
3)      Menerima dengan Hati dan Lisan yang meniadakan Penolakan
Syarat ketiga yang wajib dipenuhi oleh seseorang yang mengucapkan kalimat Lailahaillallahu adalah menerima dengan lisan dan hati kebenaran makna dan segala bentuk konsekuensi dari kalimat Lailahaillallahu, dan beriman bahwanya hal itu adalah sebuah kebenaran dan keadilan, Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?" (As Shafaat 35-36)
            Maka barangsiapa yang hanya sekedar mengucapkan kalimat tauhid namun mengingkari sebagian dari konsekuensi kalimat tauhid karena sombong atau hasad atau sebab-sebab yang lain maka tidaklah bermanfaat apa yang dia ucapkan dsisi Allah sedikitpun.
            Barangsiapa yang tidak menerima bahwas ibadah hanyalah milik Allah semata, atau dia enggan berhukum dengan syariat Allah karena sombong, atau tidak menerima bahwasanya agama orang-orang musyrik yang menyembah berbagai jenis sesembahan selain Allah, yahudikah, nashranikah, penyembah kuburan atau selainnya sebagai agama yang sesat, rusak, dan batil, dengan mengakatan bahwsa agama-agama mereka itu adalah agama yang benar padahal hal ini adalah konsekuensi dari kalimat tauhid maka dia bukanlah seorang muslim
4)      Ketundukan dan Kepasrahan
Syarat selanjutnya dari kalimat Lailahaillallahu adalah ketundukan dan kepasrahan seluruh  anggota badan terhadap kalimat tauhid dengan melaksanakan segala bentuk makna dan konsekuensi yang timbul dari kalimat Lailahaillallahu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya (tunduk) kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan (orang yang mentauhidkan Allah), Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman 22).
            Maka siapa saja yang mengucapakan kalimat tauhid dan mengetahui maknanya  namun dia enggan untuk tunduk dan melaksanakan hak-hak dan konsekuensi kalimat tauhid dengan beribadah kepada Allah dan mengamalkan syariat-syariat islam, dan dia tidaklah mengamalkan syariat islam kecuali jika hal itu sesuai dengan hawa nafsunya dan mendatangkan manfaat keduniaan bagi dirinya maka ucapan Lailahaillallahu yang dia ucapakn tidaklah berguna sedikitpun disisi Allah ta’ala
5)        Kejujuran yang meniadakan Kebohongan
Syarat yang keenam adalah ketika dia mengucapkan kalimat Lailahaillallahu dengan jujur dari dalam hatinya,  apa yang dia ucapkan sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Al Ankabut 1-3)
            Oleh karena itu kalimat tauhid yang diucapkan oleh orang munafik tidaklah bermanfaat baginya sedikitpun dihadapan Allah kelak, karena hati mereka mendustakan makna dan konsekuensi kalimat tauhid dan diakhirat kelak mereka yang mengucapkan kalimat tauhid dengan penuh kedustaan dan kemunafikan akan menjadi penghuni kerak neraka yang paling dalam
6)      Ikhlas yang Meniadakan Syirik
            Sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang mengucapkan Lailahaillallahu untuk membersihkan segala amal sholih dan niatnya dari berbagai macam kotoran kesyirikan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (Az Zummar 2)
            Maka siapa saja yang menyekutukan Allah dengan yang lain dengan satu dari semua jenis peribadahan yang ada maka kalimat Lailahaillallahu yang dia ucapakan tidaklah bermanfaat sedikitpun disisi Allah diakhirat kelak, Allah ta’ala berfriman :
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya (An Nisaa 116)
7)      Cinta terhadap makna dan konsekuensi kalimat Lailahaillallahu
Sebuah keniscayaan bagi seorang muslim untuk mencintai kalimat Tauhid dan segala bentuk konsekuensinya, mencintai orang-orang yang bertauhid, yaitu orang-orang yang mengamalkan dan meyakini makna dan konsekuensi kalimat tauhid dan berkomitmen dengan syarat-syarat Lailahaillallah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.(Al Baqarah 165)
Oleh karena itu siapa saja yang mengucapkan kalimat Lailahaillallah namun dia membenci dan murka kepada konsekuensinya berupa keyakinan bahwa ibadaha hanyalah milik Allah semata maka dia bukanlah seorang muslim. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):
yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka (Muhammad 9)
Dan perlu diketahui 7 syarat ini bukanlah bentuk pembatasan terhadap Syarat kalimat Lailahaillallah, namun in hanyalah sekedar contoh adapun yang tepat Syarat Lailahaillallah adalah segala bentuk keyakinan, perbuatan, ataupun ucapan yang jika hal itu ditinggalkan maka menhapus dan membatalkan keimanan seseorang*
Selesai diterjemahkan dan disusun ulang di masjid Al Kautsar dari kitab Tahdzib Tashil Aqidah Islamiyah karangan Syaik. Prof. Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin Hafidzhahullahu hal 34-36
Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihat
*) Faidah dari Syaikh Abdul Aziz Ar Roys yang saya dapatkan dari Ustadz Aris Munandar Hafidzhahumallahu pada saat kajian beliau yang membahas kitab ini













Comments