بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah ta’ala, Rabb semesta alam, Maha Mendengar lagi Maha mengetahui, tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi dan Rasul terakhir yang diutus kepada jin adan manusia untuk mengajarkan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dan petunjuk menuju keridhoan dan surga Allah tabbaraka wa ta’ala, dan juga kepada keluarga, sahabat serta pengikut beliau Shalallahu alaihi wa salam hingga akhir zaman.
Kenapa kita diciptakan..?
Saudaraku yang dimuliakan Allah ta’ala Tabbaraka wa ta’ala, Allah telah menciptakan manusia tidak hanya untuk makan dan minum, menikah, berkeluarga lalu meninggal dan menjadi debu. Maka sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Allah ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku
Ad Dzariyyat ; 56
Adapun makna “beribadah kepada-Ku” dijelaskan oleh Allah ta’ala dalam ayat yang lain:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Al Mulk ; 2
Sehingga tujuan Allah menciptakan jin dan Manusia adalah untuk menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik amalannya (1).
Ikhlas dan Ittiba’ syarat diterimanya Ibadah
Saudaraku, ketahuilah Allah ta’ala telah menetapkan bahwa amal ibadah seorang hamba tidak dinilai sebagai sebuah sebuah ibadah manakala tidak memenuhi 2 syarat, ikhlas dan ittiba. Allah ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (An Nahl 97)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata: dalam ayat ini Allah berjanji, barangsiapa yang beramal sholih, yaitu amalan yang ittiba’ dengan Al Qur’an dan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, baik laki-laki maupun perempuan dari kalangan bani adam sedangkan hati mereka dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kepada mereka inilah Allah akan meberikan kehidupan yang baik di kehidupan dunia dan memebrikan bagi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang dahulu mereka kerjakan . adapun makna kehidupan yang baik adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam:
قد أفلح من أسلم ورُزق كفافا، وقَنَّعه الله بما آتاه
Sungguh beruntung seorang yang masuk islam, lalu dicukupkan rizkinya, dan Allah berikan kepadanya sifat qona’ah terhadap rizki yang Allah berikan kepadanya
(HR Muslim no 1054) (2)
Syirik dan Bid’ah Pembatal Ibadah
Saudaraku. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk memahami dan mengamalkan ajaran islam. Tatkala Allah telah mentepkan bahwa, amalan seorang hamba hanya sah disisi Allah sebagai sebuah ibadah ketika dilakukan dengan ikhlas dan Ittiba’. Maka Allahpun telah menetapkan bahwa ibadah seorang amalan seorang hamba akan sia-sia manakala dikerjakan tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah dan atau terselip di hati hamba perbuatan syirik. Syirik dan Ikhlas / Tauhid, Bid’ah dan Ittiba’ adalah 2 hal yang saling meniadakan satu dengan yang lain, tidak mungkin keduanya terkumpul pada seorang hamba, bagaikan siang dan malam, gelap dan terang yang tidak mungkin berkumpul dalam satu waktu dan sebagiannya akan meniadakan sebagian yang lain. Allah ta’ala berfirman
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
dan sungguh telah kami wahyukan kepada wahai Muhammad, dan kepada Nabi-Nabi sebelum kamu, jika engkau berbuat syirik, sungguh akan hapuslah seluruh amalanmu, dan sungguh kamu akan benar-benar menjadi orang-orang yang merugi
(Az Zummar 65)
Perhatikanlah wahai saudaraku!”, andaikata Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam berbuat syirik kepada Allah, maka seluruh amalan ibadah yang beliau kerjakan akan lenyap sia-sia. Padahal beliau adalah manusia yang paling mulia lagi dicintai Allah tabbaraka wa ta’ala, maka bagaimanalagi dengan kita..?
Setelah kita mengetahui kenyataan bahwa syirik adalah pemupus harapan sebuah amalan untuk bisa dikatakan sebagai ibadah yang bernilai disisi Allah, mari sejenak kita memperhatikan dalil-dalil, serta atsar yang menunjukkan betapa bid’ah adalah lawan dari mutaba’ah, dan amalan bid’ah tidak teranggap disisi Allah sebagai sebuah ibadah. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد
Barangsiapa beramal dengan amalan yang bukan berasal dari ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak (HR Muslim)
Seorang sahabat mulia Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata:
اتبعوا ولا تبتدعوافقد كفيتم، و كل بدعة ضلالة
Ittiba’lah kalian terhadap Sunnah Nabi dan jangan mengada-ngadakan bid’ah, sesungguhnya ittiba’ itu telah mencukupi kalian, dan setiap bid’ah adalah kesesatan (3)
Dengan memperhatikan dalil dan atsar diatas, sudah cukup bagi kita untuk memahami, betapa sebuah amalan akan sia-sia tidak bernilai disisi Allah ta’ala sebagai amal sholih manakala tidak berittiba’ kepada Al Qur’an dan Sunnah. Bersambung insya Allah
Referensi
Referensi
1) Tafsiran seperti ini kami dapatkan dari Kitab Ahamiyatu Tauhidil Ibadati karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hal 8 cet 1 1429 H, Darut Tauhid Riyadh KSA
2) Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah
3) Taisirul I'tiqad Syarah Lumatul I'tiqad. Hal 24, Syaikh Sulaiman bin Muhammad Al Luhaimid, diunduh dari http://almotaqeen.net
Comments