Aku Senang Melihat Gemerlap Letusan Kembang Api, Tapi Aku Lebih Senang Melihat Kegermelapan Peradaban Indonesia

Bismillah.

Beberapa jam yang lalu dinding-dinding rumah masih dipajang selembar kertas bertuliskan 31 Desember 2010, namun sekarang hiasan itu berganti menjadi 1 Januari 2011. Ya, sekarang tahun telah berganti, usia terus berkurang dan akan semakin banyak generasi tua bertemu kematian, meskipun demikian peradaban manusia tetap harus berjalan. Berbicara tentang peradaban, ada baiknya kita fahami dulu makna peradaban. Peradaban adalah sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Dalam sebuah peradaban terdapat tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Lebih lanjut Peradaban juga sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya (wikipedia).

Oke, sekarang kita telah mendapat sedikit gambaran mengenai peradaban. Selanjutnya ada apa dengan peradaban, Indonesia dan pesta kembang api, sampai-sampai ketiganya disandingkan bersama dalam sebuah judul tulisan? Simaklah uraian berikut!.


Hampir tidak ada satu negara di planet Bumi ini yang tidak menghabiskan uang mereka untuk pesta kembang api menyambut tahun baru. Tidak ketinggalan Indonesia, negara pemilik hutang luar negeri sebesar Rp. 1628 Trilyun ini selalu 'menyisihkan" sebagian pendapatannya untuk pesta kembang api akhir tahun. Kenapa di negara ini pergantian tahun selalu dirayakan dengan pesta kembang api? Mudah saja menjawab pertanyaan itu. sebut saja budaya atau peradaban, niscaya mayoritas manusia tidak akan menyalahkan jawabanmu. Tapi ingat kawan, mengatakan perampokan itu kejahatan adalah sebuah kebenaran, namun apakah lantas kita akan menjadi perampok? Tentu tidak bukan?.

Kejam memang, jika mengatakan pesta kembang api adalah sebuah tindak kejahatan. Karena apa salahnya sedikit bersenang-senang menyambut tahun baru dengan pesta kembang api, toh ini adalah bagian dari budaya. Namun tidak naif pula kita sejenak berfikir apakah ada yang salah dengan budaya pesta kembang api ini?. karena memang tidak setiap kebudayaan adalah kebenaran. lihat saja betapa banyak kebudayaan atau peradaban suatu bangsa di dunia ini yang dibangun diatas penderitaan bangsa lain. contoh saja budaya menjajah bangsa Eropa pada abad pertengahan yang bertujuan merampas harta bangsa lain, guna membangun peradaban Eropa. Ini satu contoh saja yang dapat dijadikan alasan kita untuk mengkritisi sebuah kebudayaan.

Tahukah kamu?. Badan Pusat Statistik Indonesia mengatakan, pada tahun 2010 penduduk nusantara berjumlah 238 juta jiwa. Anggap saja data BPS valid adanya, maka sekitar 32 juta diantaranya termasuk dalam kategori miskin, yang kemudian Ketua BPS, Rusman Heriawan mendefinisikan orang miskin adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal bulanan (http://www.bbc.co.uk/indonesian/programmes/story/2009/01/poverty1.shtml). Sehingga bisa kita simpulkan, ada sekitar 206 juta penduduk Indonesia yang hidup sejahtera di negeri ini.

Karena ketiadaan data, mulai sekarang kita berandai-andai untuk menemukan jawaban dari pertanyaan, Kenapa kita harus menghentikan budaya pesta kembang api?. Seadainya setiap KK terdiri dari 4 orang, maka ada 51 juta KK di negara ini dan apabila diasumsikan ada 45% KK tidak menyukai pesta kembang api, sehingga ada 28 juta KK di Indonesia yang mengadakan pesta kembang api. kemudian jika yang beritakan detik.com benar, di Indonesia terdapat 77.000 KK masuk kategori orang kaya. dengan menggabungkan pengandaian yang kita buat dengan data yang tercantum di situs detik.com maka tercatat 27,923 juta KK sejahtera penggemar pesta kembang api akhir tahun di negeri ini. Seandainya setiap KK kaya menghabiskan Rp.1.000.000 untuk pesta kembang api akhir tahun sedangkan keluarga sejahtera hanya menghabiskan Rp.20.000, maka dalam semalam negeri ini telah menghabiskan 600 milyar hanya sekadar untuk mendengar ledakan dan melihat kelap-kelip cahaya di malam tahun baru. Sungguh sebuah angka yang sangat fantastis untuk negera berkembang ini.

700 milyar rupiah, andai digunakan untuk membiayai anak bangsa lulusan SMA di negeri ini untuk melanjutkan kuliah di PTN sekelas ITB, UI, UGM, UNAIR, ITS dan lain-lain. maka akan ada 14000 anak bangsa dari keluarga miskin yang bisa meraih gelar sarjana dengan cuma-cuma, dengan asumsi biaya kuliah/tahun di PTN Favorit itu sebesar Rp. 5.000.000. Coba lihat kawan, seumpama budaya pesta kembang di Indonesia diganti dengan budaya saling membantu sesama anak bangsa, bayangkan akan ada 14000 sarjana yang siap membangun peradaban Indonesia, 14000 sarjana yang siap membangun perekonomian Indonesia, 14000 sarjana yang siap melanjutkan tonggak kepemimpinan bangsa ini, dan 14000 sarjana yang siap menjadikan bangsa ini terdepan melalui pengembangan IPTEK.

Menahan diri dari sesuatu yang kurang baik pasti akan selalu mendatangkan kebaikan, yang terkadang jauh lebih manis rasanya ketimbang membiarkan diri menikmati kebudayaan yang sudah mendarah daging. Memang tak dapat dipungkiri, pesta kembang api adalah sesuatu hal yang indah untuk dipandang gemerlapnya, namun bukankah jauh lebih indah jika kita melihat negeri ini menggapai peradaban yang gemilang. Kawan, kenapa harus sektor pendidikan yang saya jadikan object ke 4 dalam tulisan ini. tentu saja karena pendidikan adalah modal dasar untuk membangun peradaban yang maju. Tanpa pendidikan, peradaban yang maju hanyalah isapan jempol dan dongeng pengantar tidur.

Mari kawan, selepas membaca tulisan ini, kita sejenak instropeksi, guna menggugah kesadaran kita untuk sedikit mengalah, menahan ego untuk tidak mengadakan pesta kembang api. Kemudian menyalurkan uang untuk pesta itu untuk anak bangsa yang ingin melanjutkan studinya di perguruan tinggi. Kawan, kurasa ucapanku " Aku Senang Melihat Gemerlap Letusan Kembang Api, Tapi Aku Lebih Senang Melihat Kegermelapan Peradaban Indonesia" suatu saat akan diucapkan pula oleh 27,99 juta penduduk Indonesia yang lain selepas kita bersama berusaha ingatkan mereka bahwa budaya pesta kembang api bukanlah budaya yang baik, ditengah kondisi peradaban Indonesia sekarang ini.

demikian, semoga yang ringkas ini bermanfaat bagi saya pribadi dan seluruh bangsa Indonesia yang membacanya.
Alhamdulillah aladzi bi nimatihi tatimus shalihaat
05.00, 1 januari 2011
Rahmat Ariza Putra

Comments