Benarkah Diam Juga Disebut Beramal

Bismillah
                Segala puji bagi Allah ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa terucrah kepada Rasulullah. Keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

                Saudaraku yang semoga senantiasa dimuliakan Allah ta’ala, seringkali kita mendengar ulama, ustadz, atau kyai menyampaikan, yang namanya amal terbagi dalam 3 kategori. Amalan hati (ikhlas, sombong riya’ dll) amalan lisan (ucapan) dan amalan anggota badan (sholat, puasa, haji).  Ketiga amalan tersebut berpotensi mendatangkan pahala dan dosa. Saat kita beramal dengan amalam yang sesuai dengan Al Qur’an dan As-Sunnah maka saat itulah kita berhak atas pahala. Sebaliknya jika kita mengatakan, meyakini, atau berbuat dengan sesuatu yang bertentangan dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, tak pelak hal ini berakibat dosa.

Sesuai dengan topik yang diangkat judul tulisan ini. Benarkah dalam islam ada amalan lain selain apa yang telah disebutkan diatas? Berikut penjelasan Syaikh Utsaimin Rahimahullahu dalam kitab beliau Tafsir Surat Yasin.

هل يشمل العمل الكف، أي إذا ترك الإنسن المعسية، هل يقال إن هذا عمل يجزي علِه؟
الجواب: نعم، يقال إنه عمل يجزى علِه، ولهذا قال النبى: من هم ناسيأة فلم يعملها كتبها الله حسنة كاملة. لأنه تركها لله. فما
وجه كون الترك عملا؟ لأنه الترك كف النفس عن جماحها وإقدامها فهو عمل

Beliau Rahimahullahu berkata: Jika ada orang yang berkata: apakah diam atau menahan diri untuk melakukan suatu amal termasuk kategori beramal? Yaitu manakala seseorang meninggalkan maksiat, apakah pada orang tesebut dikatakan: sesungguhnya dia telah beramal dan dia berhak diberi balasan atas amalannya?

Maka Jawabnya: betul, diam atau menahan diri dari maksiat bisa disebut beramal yang mana pelakunya diberi balasan. Sebagaimana yang dikatakan   Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: barangsiapa berkeinginan untuk melakukan sebuah amal keburukan, kemudian dia tidak jadi melakukannya. Allah akan mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna (HR Bukhari dan Muslim). Dalam kasus ini dia diberi pahala karena dia tidak jadi melakukan sebuah keburukan karena Allah.

Lalu dari sisi manakah, diam atau meninggalkan sebuah perbuatan dikatakan sebagai sebuah amalan yang berpahala?. Tentu saja diam atau meninggalkan sebuah amalan memerlukan perjuangan untuk menahan jiwa memperturuti dan mewujudkan apa yang menjadi keinginannya berupa hal-hal yang dilarang agama, oleh karena itulah diam atau tidak berbuat apapun dalam konteks ini disebut sebuah amalan yang berpahala. Sekian perkataan beliau Rahimahullahu [1]

Setelah memperhatikan penjelasan diatas jelaslah bagi kita, bahwa yang disebut amal tak hanya berupa amalan hati, lisan ataupun anggota badan. Diam dan menahan lisan atau anggota badan dari perbuatan yang melanggar syariat islam juga bias disebut sebagai sebuah amalan yang berpalaha. Dengan catatan diniatkan karena Allah semata, bukan karena factor-faktor lain.

Demikian yang bias saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan kaum muslimin. Yang salah dari tulisan ini berasal dari saya dan godaan syaithan. Adapun kebenaran milik Allah semata. Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihaat

Jogja. 4 maret 2011
Rahmat Ariza Putra



[1] Tafsir surat yasin Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullahu hal 194 cet ke-3 Dar Tsuroyya KSA

Comments