Merencanakan Alur Pelaporan Agar Gagasan berubah menjadi tulisan
Mengutip perkataan Leonardo De Caprio dalam sebuah Film Brilyan berjudul Inception. Sebuah Ide jika sudah muncul dan tertanam dalam pikiran seseorang maka akan berkembang dengan liar secara terus menerus dan sulit dihapus. Akan tetapi ide tetaplah angan-angan semu tatkala penggagasnya hanya berdiam diri. Diperlukan perencanaan dan langkah nyata dari si pencetus agar gagasan tersebut hidup menjadi sebuah realita.
Begitu pula dengan ide menulis. Tatkala anda sedang lahap menikmati makan siang di warung masakan padang. Tiba-tiba lahir dari pikiran anda sebuah ide, ide untuk mengungkap rahasia daya tarik makanan yang sedang anda nikmati. Kenapa masakan padang begitu populer di Nusantara bahkan laris manis tatkala dijajakan di Washington DC Amerika?. Apa istimewanya dibanding masakan khas daerah lain semisal gudeg, kerak telur, soto kudus, atau coto Makassar?
Agar metamorphosis ide menjadi sebuah tulisan yang apik dan berkualitas terwujud. Anda perlu menyusun strategi jitu guna mewujudkan sebuah tulisan layak saji. Sementara itu, haram bagi anda untuk menggarap tulisan dengan tema diatas hanya semata-mata mengandalkan imajinasi akal anda tentang kesaktian masakan padang. Oleh karena itu taktik yang perlu anda terapkan untuk mengejawantahkan ide tersebut kedalam sebuah tulisan adalah menulis dengan metode reporting.
Jika diuraikan metode reporting terdiri dari wawancara dan observasi. kedua unsur tersebut saling mendukun satu sama lain. Pengamatan atau Observasi terhadap objek yang akan dibahas akan memperkuat keabsahan hasil wawancara anda terhadap nara sumber. Hasil dari wawancara tentu sifatnya berupa catatan atau rekaman suara. Adapun data hasil penelitian cakupannya luas, bisa berwujud audio, visual atau gabungan keduanya.
Untuk kasus ketenaran masakan padang. Maka orang yang anda tuju tentu pemilik warung padang yang dagangannya laris manis. Begitu juga objek yang perlu anda amati tak lain dan tak bukan juga rumah makan padang yang ada disekitar lingkungan anda. Intinya, sasaran yang anda teliti dengan ide yang akan anda ketengahkan dalam tulisan harus memiliki korelasi.
Pengenalan yang cermat terhadap objek wawancara
Bukan sebuah tindakan cerdas manakala anda ingin menulis tentang popularitas masakan padang namun orang yang anda tanyai adalah orang jawa yang membuka restoran padang. Belum lagi warung makan yang dia buka sepi pengunjung. Tentu kegiatan wawancara anda dengan orang tersebut tak mendatangkan manfaat bagi tulisan yang akan anda kerjakan.
Oleh karenanya sebelum anda melakukan tanya jawab dengan orang lain dalam rangka mengumpulkan bahan tulisan. Perlu anda pelajari terlebih dahulu latar belakang orang tersebut. Jangan sampai anda salah memilih. karena ternyata orang yang anda gali informasinya tidak memiliki kompetensi berkaitan dengan objek yang akan anda kupas. Ringkasnya, pastikan orang yang anda wawancarai memiliki kapabilitas yang cukup dalam bidang tertentu. Dimana bidang tersebut akan menjadi bahasan yang akan anda jabarkan kedalam tulisan.
Menyusun senarai Pertanyaan
Wawancara adalah aktivitas sistematik dan terencana yang didalamnya terjadi umpan-balik antara nara sumber dengan penanya. Biasanya diinisiasi oleh penanya yang terlebih dahulu melontarkan pertanyaan untuk kemudian dijawab oleh objek wawancara.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pertanyaan yang disusun haruslah berurutan dan logis. Pewawancara harus mengkreasikan agar pertanyaan awal dengan hal yang ditanyakan selanjutnya memiliki korelasi. Selain itu jangan sampai ada satu hal yang terlewatkan untuk ditanyakan kepada narasumber. Artinya rincian-rincian yang tersembunyi juga harus terungkap melalui kegiatan tanya jawab tersebut.
Mengandalkan otak untuk merekam rencana pertanyaan yang akan disodorkan kepada objek wawancara adalah sebuah tindakan ceroboh. Perlu teman-teman ketahui, dalam bahasa Indonesia manusia juga disebut sebagai insan. kata Insan berasal dari arab mempunyai akar kata yang dekat dengan kata nisyan yang artinya lupa. Sehingga dalam bahasa arab manusia disebut pula sebagai makhluk yang mudah lupa atau insan.
Mengingat hal diatas. Suatu sikap yang bijak manakala anda mencatat daftar pertanyaan wawancara pada sebuah kertas. Tujuannya agar ketika memori anda tidak mampu menghadirkan secara utuh pertanyaan yang telah anda rencanakan untuk sebuah wawancara. Anda tinggal menengok isi catatan anda. Sehingga tidak terjadi hambatan manakala prosesi tanya jawab berlangsung.
Sekian apa yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat. Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimush shalihaat.
Ditulis di Toko Syafany Muslim Corner.
Abu Hafsah Putra a.k.a Rahmat Ariza Putra. Seorang muslim, calon STP, yang bercita-cita menjawa usahawan sekaligus penulis. Tentu setelah memiliki istri dan anak shalihah
Comments