Doa dan Pasangan yang Lebih Baik


Bismillah

                Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Peringatan: Tulisan ini saya peruntukkan bagi seluruh teman muslim/ah saya dimanapun berada. Kawan-kawan yang belum menikah dan berharap melengkapi rumahnya dengan sesuatu yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi  wa sallam sebagai perhiasan paling indah seluruh dunia.

Pasangan yang Baik Dambaan Setiap Insan

                Bukanlah masalah tatkala seorang pria tampan dengan segala parameternya, hafal Al Qur’an, shalih sedari kecil, cerdas, punya segudang prestasi, berakhlak mulia menghendaki istri  yang serupa keadaannya.  Bahasa mudahnya, dia ingin meminang bidadari yang kakinya  masih menapaki permukaan bumi.

Kenapa? Mudah saja menjawabnya. Ia ingin bahagia hidup didampingi wanita yang punya segudang kelebihan. Teman hidup yang faham dan mengerti hak dan kewajiban dalam membangun rumah tangga. Selain itu, merujuk pada penjelasan para ulama bahwa diantara langkah paling dini agar memiliki keturunan yang berkualitas adalah menikahi wanita high quality.    Bukankah memiliki keturunan yang baik dari segala sisi adalah dambaan setiap pria bahkan penjahat sekalipun.

Ketika Kekurangan Jadi Hambatan

                Problem mulai hadir tatkala seorang pria bertampang apa adanya, otaknya baru mampu merekam sedikit ayat-ayat Al Furqon[1], IQ terbatas, mengenal Islam belum lama, hidup sederhana karena tak ada dana mengidamkan seorang shalihah, hafizah, jamilah, alimah dan  Mustaqimah[2] yang tak pernah pacaran untuk dijadikan pasangan hidup. Buktinya, jika harapan pria tersebut dia ceritakan kepada orang lain, serta merta akan disambut gelak tawa. Layaknya candaan pelipur lara. Manusia yang tak faham akan mengatakan kepadanya, kamu mimpi, cobalah berkaca sebelum kau bercita-cita. Mustahil ada bidadari yang mau dipersunting lelaki sepertimu.

                Seketika lelaki tersebut akan berfikir ulang sebelum menunaikan hasratnya. Lumrahnya, hati penjantan tadi akan berkata, siapa saya ini? Pantaskan pria sekelas saya mengharap istri yang hampir tak ada cela. Rasa minder, rendah diri, malu serta merta  mewarnai perasaan sang pria. Optimisme dan harapan mendadak sirna. Cita-cita mulia memiliki anak-anak penyejuk mata seperti yang digambarkan dalam surat Al Furqon pupus sudah.

Saya Punya Doa dan Tuhan yang Maha Pemberi

                2 tahun lalu, saya berbincang dengan seorang teman yang kala itu baru belajar sunnah[3]. Obrolan santai dengan tema harapan dan cita-cita tersebut perlahan mulai membahas pasangan idaman. Saat itu  saya tanyakan kepadanya, pendamping hidup seperti apa yang kamu inginkan? Ringkas dia menjawab, shalih, hafiz, alim dan mahir berbahasa arab. Saya yang tahu betul siapa dirinya langsung tersenyum meremehkan. Ucapan bernada mengejek spontan keluar dari lisan.

                Merasa direndahkan, dia pun membalas perkataan saya. Biar saja orang berkata apa. Tak peduli orang menganggap saya bermimpi yang tak masuk akal mendamba pasangan dunia akhirat yang hampir tak ada cacat. Saya punya Allah. Allah ajarkan saya doa. Allah Maha Pemberi. Tak ragu saya akan berdoa, memohon kepada Tuhan agar  diberikan pasangan hidup yang jauh lebih baik dalam segala sisi daripada saya.

                Perkataan sahabat saya tersebut dengan telak membantah apa yang saya utarakan sebelumnya. Tak ada lagi argumentasi yang dapat dikemukakan, saya pun diam. Sejenak kemudian saya ungkapan padanya bahwa ucapan dia benar. Apapun yang hamba minta selama bukan keburukan. Allah akan kabulkan. Selama kita berusaha memenuhi syarat-syarat terkabulnya permohonan kepada sang Khalik. Yakin, optimis, menjauhi segala larangannya dan berusaha semaksimal mungkin mengerjakan perintah Tuhan adalah diantara prasyarat terkabul doa.

Sejak percakapan saya dengan teman karib yang saat ini tengah menuntaskan studi pendidikan ilmu kimia di UPI (semoga Allah senantiasa menjaga dan segera memberikan dia jodoh). Mindset saya tentang jodoh berubah drastis. Tak lagi saya pandang sebelah mata harapan lelaki manapun yang mengangankan high quality muslimah menjadi istrinya meskipun ia seorang biasa, maksimal standar rata-rata. Walaupun untuk diri sendiri, saya tak berharap istri yang lebih baik. Ditinjau dari kacamata keduniaan ataupun sudut pandang agama dengan berbagai alasan. Anda tidak boleh memaksa saya tentunya. Karena ini soal pilihan yang tidak diatur dengan rigid oleh agama.

Bukti Keajaiban Doa

                Perjalanan waktu mengajak saya mendengar dan menyaksikan kenyataan yang tak terbantahkan bukti keajaiban doa. Hari kamis pekan ini, seorang kawan mampir ke toko tempat saya bekerja. Percakapan antara seorang jomblo dan suami seorang muslimah salafiyah pun terjadi. Setelah dia utarakan riwayat singkat pertemuan dirinya dengan seorang wanita yang saat ini menjadi ibu dari anaknya. Dia berujar, dulu saya pernah pacaran. Setelah insaf, saya berdoa kepada Allah agar diberikan jodoh yang sejarah hidupnya tak pernah diselipi perbuatan tercela yang disebut pacaran. Alhamdulillah terkabul. Teman hidup saya saat ini adalah muslimah yang sedari lahir tak pernah menjalin hubungan haram dengan pria manapun.

                Kisah  yang saya dengarkan tersebut, membuat saya teringat obrolan saya dengan sahabat tahun 2009 silam. Percakapan yang menyadarkan saya betapa ampuhnya sebuah doa mewujudkan harapan manusia. Masih ada lagi sebuah bukti keajaiban doa yang belum lama ini membuat heboh dunia perfacebookan. Seorang pria yang setahuku tidak pernah disebut hafiz oleh teman pergaulannya. Sukses melamar seorang haafizah salafiyah. Gaung keberhasilannya sampai saat ini belum surut memotivasi kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan gadis yang hafal 114 surat Al Qur’an lengkap dengan seluruh ayat yang ada didalamnya.

                Dibalik keberhasilan tersebut. Selain doa yang senantiasa dipanjatkan. Tentu ada upaya nyata yang mengiringi. Bagai punuk merindukan bulan. Tiap hari berdoa agar punya istri limited edition. Tapi kubangan maksiat tak pernah ditinggalkan. Maka tak dapat dipisahkan antara doa dan usaha. Keduanya harus ada secara bersamaan agar harapan agung meminang perhiasan dunia paling indah dapat terwujud.

                Demikian yang dapat saya utarakan ringkas pada tulisan ini. Jika teman-teman mendapati keanehan saat membacanya. Maka saya katakan benar adanya. Pada artikel garapan saya ini tidak didapati didalamnya firman Allah dan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Mengapa? Karena ketika ide muncul dan mood hadir. Saya sedang bekerja di toko. Otomatis tak ada literatur rujukan, software andalan (maktabah syamilah, Al Qur’an Offline, fungsi mengetik dalam bahasa arab dan software islami lainnya belum diinstal, karena laptop baru sembuh dari sakit panjang) ataupun catatan yang biasa tergeletak di sekitar saat menulis. Meskipun demikian, saya tetap berharap ada pelajaran yang bisa diambil.

Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihaat. Jika ada kurang atau salah maka saya adalah makhluk yang kerap kali berbuat menyelisihi Al Haq dan bukan manusia sempurna yang tak mempan digoda setan. Adapun kebenaran, kita semua tahu datangnya dari sisi Allah Ta’ala. Semoga yang sederhana ini bermanfaat bagi saya dan kita semua.
Toko Syafani Educatoys, Jogja 11 juni 2011

Rahmat Ariza Putra (seorang muslim, mahasiswa yang berharap agar diberi kesabaran dan kekuatan menunggu sebuah kehalalan)

Disclaimer: Abu Hafsah Putra a.k.a pemilik tulisan ini tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk dampak negatif yang dirasakan pembaca setelah menikmati tulisan ini. Tulisan ini dibuat semata-mata dibuat untuk berbagi dan saling menasehati dalam kebenaran. Bukan bertujuan mengkompori ataupun membuat iri.

               


[1] Nama Lain dari Al Qur’an
[2] Hafizah adalah julukan wanita yang hafal Al Qur’an, jamilah adalah wanita yang cantik, alimah adalah wanita yang berilmu (ilmu agama), mustaqimah adalah wanita yang senantiasa teguh memegang kebenaran
[3] Sunnah yang saya maksud disini adalah islam yang sesuai dengan pemahaman Sahabat Radhiallahu anhum

Comments