Belajar lika-liku Rumah Tangga dari Sahabat


Bismillah

                Puji syukur disertai cinta dan pengagungan mutlak milik Allah semata. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan sahabiah beliau Radhiallahu ta’ala anhum. 

                Suntuk hadir pengantar tulisan sirna. Maka langsung saja simak hadits yang akan diambil faidahnya. Semoga bermanfaat


Ketika Perselisihan Menimpa Keluarga Para Sahabat

Seorang sahabat Nabi, Nu’man bin Basyir Radhiallahu anhumma bercerita: suatu hari ayah memberi hadiah kepadaku dari sebagian hartanya. Melihat hal itu ibu (Amrah binti Rawahah Radhiallahaa) berkata:  “aku tidak ridho dengan pemberianmu terhadap nu’man sampai engkau mempersaksikan hal ini kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!” Ayah pun pergi menemui Nabi untuk meminta pertimbangan mengenai perbuatannya memberi hadiah kepadaku. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lantas berkata kepada ayah. “Apa engkau juga memberi hadiah kepada anak-anakmu yang lain ?”. “tidak” jawab ayah. Lalu Rasulullah bersabda: “bertaqwalah kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anakmu!” sesudah mendengar perintah Rasulullah ayah pulang kemudian mengambil kembali hadiah dariku[1]



Pelajaran Bagi Keluarga Kaum Muslimin

                Usai hadits disampaikan. Kini saatnya kita mengambil hikmah dari kejadian yang dialami keluarga Basyir Radhiallahu anhu.

Bersikap Santun Meski Beda Pendapat

                Santun dan menghormati adalah  kewajiban istri terhadap pria yang telah meminangnya. Bahkan jika ia berbeda pendapat dengan suami. Seperti yang dicontohkan Amrah Raadhiallahu anhaa. Beliau tetap mengucapkan kata-kata yang sopan kepada Basyir padahal saat itu beliau tidak menyukai perbuatan ayah Nu’man Radhiallahu anhumma. 

“aku tidak ridho dengan pemberianmu terhadap nu’man sampai engkau mempersaksikan hal ini kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!”. Hanya itu yang diucapkan Amrah kepada Suami. Tidak ada cacian, hinaan apalagi perkataan kasar kepada Basyir. Maka hal ini menunjukkan bahwa sikap santun dan sopan meskipun sedang berbeda pendapat merupakan ajaran Islam.

Saling Menasehati ketika Melihat Pasangan berbuat Kemungkaran

                Dalam hadits ini Amrah Radhiallahu anhaa tidak diam ketika menyaksikan perbuatan suami yang tidak adil dalam memberi hadiah. Ia bahkan menegur Basyir dan memintanya untuk menemui Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. 

Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan Amrah merupakan bentuk nasehatnya kepada ayah Nu’man. tIndakan beliau sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al Maidah ayat 2 (artinya): tolong menolonglah kalian dan kebaikan dan taqwa. Diantara kebaikan yang diperintahkan agama ini kepada pemeluknya adalah saling menasehati sebagaimana Sabda Rasulullah (artinya): Agama itu adalah Nasehat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim[2]

Mengembalikan setiap Permasalahan kepada Aturan Islam

                Karena Amrah Raadhiallahu anhaa mengetahui ayat Al Qur’an (artinya): Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu (apapun itu), maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya[3]. Maka ia tidak meminta suami menemui orang lain kecuali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 

                Istri Basyir itu segera saja mengembalikan permasalah seputar pemberian hadiah yang tidak adil kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan ini menjadi pelajaran berharga. Wajib atas seluruh kaum muslimin termasuk yang telah berkeluarga ketika menghadapi perbedaan pendapat baik yang timbul diantara sesama kaum muslimin dalam lingkup rumah  tangga ataupun masyarakat. Lantas mengikuti apa yang menjadi keputusan islam terhadap hal yang dipersilisihkan.

Menerima Nasihat dengan Baik       

                Apa Basyir Radhiallahu anhu emosi ketika Amrah Radhiallahu anhaa tidak sepaham dalam pemberian hadiah kepada Nu’man. Apa ia enggan melakukan apa yang dinasehatkan wanita tercinta dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepadanya. Tidak. Pria sahabat Rasulullah itu bahkan menuruti nasehat Amrah dan mentaati sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

                Basyir legowo ketika ditegur istri dan diluruskan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Sekali lagi ini menjadi pelajaran bagi keluarga muslimin untuk senantiasa rendah hati menerima nasehat. Tidak ragu melakukan kebenaran yang ia ketahui dari orang lain. Semoga kita menjadi orang-orang yang lapang dada ketika dinasehati. Aamiin

Boleh Cinta tapi jangan lupa taat

                Siapa yang meragukan cinta Amrah kepada Basyir sang suami Radhiallahu anhumma. Bahkan kehadiran Nu’man Radhiallahu anhu menjadi bukti bahwa Amrah mencintai ayah dari sang buah hati. Akan tetapi apakah cintanya menghalangi Amrah untuk mengikuti kebenaran meskipun harus berselisih dengan suami. 

Tentu tidak, Ia tetap mentaati islam dengan cara tidak diam melihat kesalahan suami. Tindakannya bersesuaian dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Jika salah seorang diantara kalian melihat kemungkaran maka perbaikilah dengan tangan kalian. Jika tidak mampu lakukanlah dengan lisan kalian. Jika tetap tak sanggup maka dengan hati kalian[4]

Lebih Cinta Kebenaran daripada yang Tercinta

                Perbuatan Amrah menasehati suami mengingatkan kita pada Hadits bahwa ada 3 hal yang apabila terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. Salah satunya adalah orang yang lebih mencintai Allah dan Rasulullah daripada seluruh manusia[5]

Kenapa demikian? Karena Amrah tidak tinggal diam melihat ketidakadilan sang suami yang ia cintai. Dan  tindakan beliau sebagai bukti bahwa dirinya lebih cinta Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi ketimbang suami. Kalau saja ia lebih cinta suami. Boleh jadi Amrah akan diam saja menyaksikan perbuatan suami dan meninggalkan aturan Tuhan dan Nabinya.

Bukanlah Kehinaan menerima Nasehat dari Istri

                Pola fikir suami di era modern sekarang ini mengatakan bahwa tak pantas bagi suami menuruti saran istri dan meninggalkan pendapatnya saat keduanya bertentangan. Mereka mengira jika hal ini sampai terjadi merupakan penghinaan terhadap kedudukan suami.   
   
                Maka paradigma keliru itu dapat dibantah dengan mudah sebagai berikut. Kalau saja hal tersebut adalah sebuah kehinaan tentu Rasulullah tak akan tinggal diam melihat Basyir mentaati saran istrinya. Namun faktanya beliau tidak berkomentar terhadap perbuatan Basyir menuruti istri. maka hal ini menunjukkan tindakan Basyir bukan sesuatu yang hina bahkan mulia. Karena Islam selalu melarang manusia berbuat kehinaan dan memerintah mereka menjalankan perbuatan yang mulia.

Sikap Ridho kepada Syariat Islam

                Bukan membenturkan pendapat Basyir dan pemikirannya sebagaimana yang sering dilakukan istri-istri pada masa ini ketika berselisih. Amrah justru mengatakan bahwa ia tidak ridho dengan perbuatan suaminya sampai tindakan tersebut diverifikasi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Artinya Amrah hanya akan ridho apabila perbuatan suami sesuai dengan syariat Islam. Begitupula hendaknya keluarga kaum muslimin bersikap. Selayaknya mereka hanya ridho terhadap perkara yang diridhoi Allah dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. 

Sungguh suatu hal yang aneh apabila ada pasangan yang menikah dalam islam namun enggan mentaati aturan Islam bahkan memilih jalan-jalan yang bertentangan dengan islam dalam membina rumah tangga. Tidakkah mereka membaca firman Allah (artinya): Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata[6].

Pada ayat lain dengan tegas Allah meniadakan keimanan bagi orang-orang yang tidak ridho berhukum dengan syariat islam. Allah berfirman (artinya) Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan lapang dada[7]

Bersambung insya Allah
Rahmat Ariza Putra






[1] HR Bukhari dan Muslim
[2] HR Muslim
[3] An Nisa 59
[4] HR Muslim
[5] HR Muslim
[6] Al Ahzab ; 36
[7] An Nisa 65

Comments