Biar Istri Saya yang Mengajari Mereka


Bismillah

                Selepas isya 45 hari yang lalu, sebuah motor yang ditumpangi seorang lelaki paruh baya dan muslimah berpakaian taqwa berhenti didepan toko tempat saya bekerja. 2 orang insan paruh baya yang terikat hubungan pernikahan tersebut segera masuk seraya mengucap salam. Usai berbalas salam dan disambut senyuman, mereka segera menuju etalase tempat mainan edukatif dipajang.

                Singkat cerita, terpilihlah beberapa mainan yang akan mereka beli untuk buah hati dirumah. Saat transaksi dengan sang ibu, saya terlibat obrolan santai dengan sang pria. Kala itu dia nampak asyik melihat dan membuka-buka buku islami yang tersedia. Obrolan ringkas namun sarat hikmah pun terjadi. 

Sebagai pelayan toko sayapun mempromosikan beberapa buku agama. Kumpulan kertas yang tercetak didalamnya ilmu-ilmu dasar keislaman untuk anak usia dini. Pak, ini buku-buku bagus, menarik dan mudah dicerna untuk bacaan anak dirumah!” ujar saya. Beliau menimpali penawaran saya pendek saja. Oh tidak perlu, pelajaran-pelajaran tersebut, biar istri saja yang mengajarkan kepada anak-anak!”. 

Apa yang baru saja didengar dengan cepat segera memancing kaget  dan kagum untuk berlomba-lomba mewarnai ekspresi raut wajah saya. Kedua bibir menyeringai sementara dalam hati berucap, masya Allah, semoga kelak istri yang serupa keadaannya dengan lawan bicara menjadi pendamping dalam mendidik anak-anak saya kelak.

Terpaksa Belajar dari Benda Mati

                Mungkin terlihat berlebihan tanggapan saya diatas. Akan tetapi jika anda berada di posisi saya. Menjadi pelayan toko yang menjual buku dan mainan anak edukatif dan islami selama sebulan saja. Niscaya anda akan mengerti. Karena selama itu akan banyak ditemui manusia yang kodratnya sebagai ibu atau insan yang ditakdirkan sebagai bapak membeli beragam buku aqidah, fiqih, atau tuntunan muamalah. Setelah pulang mereka akan menghadiahkan buku tersebut kepada anaknya. Dengan harapan agar anak membaca dan mengambil pelajaran darinya. Ini semua saya dengar langsung dari pengakuan orang tua yang berbelanja.

                Oleh karena itu, sang buah hati mau tak mau harus belajar dari benda mati segala hal yang dapat menghidupkan hati mereka. Paling banter ketika sempat, bunda akan menemani sejenak. seusai memberi motivasi anak untuk menelaah buku-buku itu, ditinggalnya sang buah hati mengerjakan kesibukan yang lain.

Mana yang lebih baik?

                Teori pendidikan manapun akan memprediksi hal yang serupa. Ilmu-ilmu empirik tersebut akan meduga bahwa nilai-nilai kebenaran islam yang tercantum dalam Al Qur’an dan Sunnah akan tertanam lebih dalam pada diri anak-anak yang mendapat pendidikan langsung dari orang tua. Daripada bocah yang mempelajari hal tersebut otodidak dari sumber bacaan yang diberikan pengasuh mereka. 

                Bukan bidang saya menjelaskan kenapa yang demikian bisa terjadi. Namun  umumnya, generai muda yang sedari kecil dididik orang tua mereka secara langsung dengan aqidah, ibadah, dan muamalah yang sesuai sunnah. Dapat lebih mempraktekkan kebenaran tersebut secara berkesinambungan dan konsisten setelah ia dewasa. Dia dapat bermetamorfosis menjadi pemuda/i rabbani yang tangguh, sabar, dan istiqomah dalam belajar, beramal dan menyebarkan kebaikan. Tahan banting menghadapi segala ujian hidup dan tak modah goyah dirayu ajakan-ajakan kesesatan.

                Sejarah sebagai bukti. Lihat saja anak-anak sahabat Radhiallahu anhum. Generasi emas yang dididik manusia-manusia papan atas langsung tanpa perantara. Mereka tidak mengenal islam dari buku-buku pemberian orang tua mereka. Namun mereka diajari orang tua dengan penuh perhatian, step by step. Senantiasa diawasi dan dibimbing dalam menjalani masa-masa kecil dengan ajaran islam. Tidak ditelantarkan sendiri bersama buku. Benda mati yang tak dapat memberi cinta, kasih sayang dan perhatian. Padahal hal tersebut dapat membuat ilmu semakin mudah terserap dan dipahami untuk kemudian diimplementasikan.

Kewajibanmu, Jangan Kau Sia-siakan

                Silahkan anda telusuri Al Qur’an dari Al Fatihah sampai An Nas.  Jangan lupa anda jelajahi kitab hadits kutubu sittah, dan berbagai musnad. Terakhir pastikan anda telah menelaah kitab-kitab fiqih yang ditulis oleh para ulama. Jika ketiga hal tersebut telah anda lakukan. Tunjukkan kepada saya, adakah dalam Al Qur’an, hadits, dan literatur yang telah anda pelajari keterangan yang menunjukkan bahwa kewajiban ibu rumah tangga adalah bekerja mencari nafkah untuk keluarga?

                Saya pastikan anda tidak mampu menemukan hal tersebut. Karena memang agama yang mulia ini tidak mensyariatkan bagi wanita muslimah yang berstatus istri banting tulang mencari nafkah. Justru sebaliknya, islam memberikan kehormatan kepada mereka untuk berperan sebagai pendidik anak-anak hasil pernikahan dengan suami tercinta.

                Meski tidak wajib, tidak berarti menekuni profesi adalah hal yang diharamkan bagi seorang muslimah yang telah melahirkan. Silahkan bekerja pada bidang yang memang membutuhkan kaum hawa untuk terjun didalamnya. Contoh saja menjadi dokter spesialis kandungan, guru bagi wanita yang lain, perawat bagi sesama kaum perempuan. 

Bahkan dalam sebuah fatwa, saya dapati keterangan bahwa selayaknya pemerintah menyediakan ruang dan kesempatan belajar bagi muslimah untuk memperdalam berbagai ilmu. Kelak akan berguna membantu dan melayani kaum muslimah dimana kaum pria terlarang untuk melakukannya kecuali dalam keadaan terpaksa. Tapi ingat, yang utama adalah kewajiban. Tanggung jawab untuk mendidik buah hati jangan sampai dilalaikan hanya karena pekerjaan sampingan.
Masih ada kesempatan untuk belajar

                Tidak ada istilah terlambat. Anda yang belum, akan atau telah menikah punya waktu untuk mempersiapkan diri. Ilmu agama bukan lagi suatu hal yang sulit diteguk di era modernisasi ini. Majelis ilmu syar’i bertebaran di mana-mana bak jamur di pegunungan. Buku islami senantiasa dicetak dan tak henti diperjual-belikan. Bahkan dunia maya sangat padat dengan konten-konten berbasis Al Qur’an dan As Sunnah. 

                Oleh karena anda ingin mendidik buah hati dengan ajaran islami agar menjadi generasi Rabbani. Pastikan apa yang anda pelajari saat ini dan yang akan diajarkan pada anak anda di masa depan, sama persis dengan apa yang telah menjadi aqidah, ibadah, dan muamalah para sahabat Radhiallahu anhum. Karena apa yang ada pada diri mereka telah terbukti secara sah dan meyakinkan mampu menghasilkan generasi emas islam. Kurang lebih logikanya serupa dengan apa yang telah diutarakan imam malik Rahimahullahu. Tidak akan baik umat islam, kecuali dengan apa yang telah membuat umat Rasulullah di masa awal islam menjadi baik.

Pesan Terakhir

                Tunaikanlah dengan ikhlas tugas suci menjadi guru pertama dan utama bagi generasi penerus islam yang ada di rumah anda. Tidakkah anda merasa senang ketika anak yang lahir dari rahim anda menjadi pemuda/i rabbani penerus estafet peradaban islam di muka bumi. Insan-insan yang kompeten dan tangguh. Sehingga siap berjuang bagi agama tauhid dan muwahiddin di seluruh dunia. Belum lagi usaha anda dalam mendidik anak akan diganjar surga oleh Tuhan pencipta neraka.

                Jangan sampai kesempatan untuk meraih keutamaan sebagai seorang ibu diambil alih oleh buku. Rugi bagi anda dan musibah bagi buah hati jika yang demikian sampai terjadi. Anak adalah nikmat yang wajib disyukuri. Selayaknya syukur yang terdiri 3 unsur, mengakui nikmat yang berasal dari Tuhan, melisankan pujian kepada sang Pencipta dan memanfaatkan rizki yang telah diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka tak dapat ditawari lagi, mendidik anak dengan benar wajib ditunaikan sebagai bukti rasa syukur kepada Ar Rahman.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan. Jika ada kekurangan maka itu bukti bahwa penulis adalah manusia biasa penuh kelemahan yang tak jarang berbuat salah. Adapun kebenaran yang tercantum semata-mata adalah karunia Allah. Semoga bermanfaat bagi saya, dan pembaca sekalian. 

Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihaat
Rahmat Ariza Putra

Toko Syafani Educatoys, 19.55, 24 Juni 2011

Tulisan ini saya buat spesial untuk wanita-wanita yang saya cintai dan mencintai saya. Tak lupa untuk segenap muslimah dimanapun berada.
               

Comments