Ketika Nabi Zakariya Menginginkan Anak

Bismillah

                Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat beliau.

                Disebutkan dalam Al Qur’an bahwa Nabi Zakariya Alaihissalam adalah seorang hamba yang belum punya anak hingga menginjak usia senja. Namun beliau tidak tinggal diam karena putus asa. Beliau senantiasa meminta kepada Allah agar dianugerahi buah hati. Lantas seperti apakah anakyang beliau minta kepada Ar Razzaq? Untuk  mengetahuinya simaklah ayat berikut

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".[1]

                Membaca ayat diatas lantas timbul pertanyaan di benak kita. Apakah yang dimaksud dengan anak yang baik? Apakah anak yang baik  sebagaimana yang dimaksud dalam ayat diatas adalah anak yang menguasai ilmu-ilmu keduniaan seperti fisika, kimia, kedokteran atau yang semisal. Untuk mengetahui jawaban mari kita tengok tafsiran para ulama tentang makna anak yang baik dalam surat Ali Imran 38.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy Rahimahullahu mengatakan bahwa yang dimaksud anak yang baik pada ayat diatas adalah anak yang berakhlak mulia dan memiliki adab yang baik[2]. Imam Al Jalilain Rahimahummallahu mengemukakan bahwa anak yang baik adalah anak yang sholih[3]. Pendapat yang serupa juga disampaikan Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi Hafidzhahullahu[4]

Dengan merujuk pada pendapat ulama-ulama tersebut. dapat disimpulkan bahwa anak yang baik yang dimintakan Nabi Zakariya Alaihissalam kepada Tuhan semesta alam adalah anak yang sholih. Untuk memaknai sholih maka Imam Nawawi mengatakan bahwa orang yang sholih adalah manusia yang memenuhi hak Allah dan hak manusia atas dirinya[5]. Semoga bermanfaat

Alhamdulillahi aladzi bi ni’matihi tatimush shalihaat
Rahmat Ariza Putra




[1] Ali Imran 38
[2] Tafsir As Sa’di hal129
[3] Tafsir Jalalain hal 69
[4] Aisirut Tafasir hal 201
[5] At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an

Comments