Mengenal Seluk Beluk Al Qur'an


Bismillah

Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dia yang menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sebagai petunjuk, dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam yang kepada beliau Al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan bagi semesta alam.

                Saudaraku semoga Allah senantiasa merahmati kita semua, dengan memohon taufiq kepada Allah Jalla wa A’la pada tulisan ini akan kami bahas beberapa point yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Tulisan ini merupakan ringkasan dari apa yang terdapat pada kitab Ushul fi Tafsir (أصول في التفسير) karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala. Tentunya tulisan ini disusun dengan tujuan agar kita semakin mengenal dan akrab dengan kitabullah. Sehingga pada akhirnya kecintaan kita pada Al Qur’an semakin menguat[1].

Definisi Al Qur’an

Al Qur’an secara bahasa merupakan bentuk mashdar dari kata قرأ yang bermakna تلا (membaca), atau  جمع (mengumpulkan). Jika menggunakan (تلا), maka Al Qur’an adalah mashdar yang berkedudukan sebagai المفعول (objek) yaitu  متلو (sesuatu yang dibaca)ّ. Dan memang benar Al Qur’an adalah wahyu Allah yang selalu dibaca orang beriman dari masa ke masa dan dalam berbagai kesempatan.

Sedangkan makna yang kedua (جمع), Al Qur’an merupakan mashdar  yang menempati posisi إسم الفاعل (kata benda subjek) yaitu جامع. Artinya sesuatu yang mengumpulkan. Mengapa demikian? Karena dalam Al Qur’an terkumpul berita tentang Allah, Hari akhir, para Rasul dan segenap hamba-Nya. Selain itu juga Al Qur’an menghimpun berbagai macam hukum Allah yang wajib dijadikan pedoman.

Al Qur’an menurut kacamata syariat adalah Kalamullah (firman Allah ta’ala) yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .   Kitabullah yang diawali surat Al Fatihah dan diakhiri Surat An-Nass. Untuk lebih jelas, simak ayat Al Qur’an berikut (yang artinya): sesungguhnya Kami benar-benar menurunkan  Al Qur’an kepadamu bertahap-tahap (Al Insan ; 23)

Penjagaan Allah Terhadap Orisinalitas Al Qur’an

                Sungguh Allah ta’ala telah menjaga Al Qur’an yang agung ini dari pemalsuan ataupun rekayasa sehingga keasliannya tetap terjaga sepanjang zaman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya): sesungguhnya kami telah menurunkan Ad Dzikr (Al Qur’an), dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya (Al Hijr ; 9)[2]. Disebutkan bahwa penjagaan Allah terhadap Al Qur’an meliputi penjagaan dari perubahan, pengurangan, penambahan dan penyelewengan.[2] Adapun objek yang dijaga mencakup lafadz maupun makna Al Qur’an.[3]

Diantara Sifat-Sifat Al-Qur’an

                Allah ta’ala mensifati Al Qur’an dengan berbagai macam sifat, dan sifat-sifat tersebut menunjukkan keagungan, keberkahan dan keparipurnaan Al Qur’an. Diantara sifat Al Qur’an adalah Kitab yang sangat mulia, Kitab yang penuh berkah, kitab yang mulia.  Sifat-sifat tersebut dijelaskan dalam berbagai ayat. Demi Al Qur’an yang sangat mulia (Qaf ; 1). Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (Shad ; 29). Sesungguhnya yang dibacakan kepada kalian tersebut adalah Al Qur’an yang sangat mulia (Al Waqi’ah ; 77) .

Al Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam

                Al Qur’an yang mulia adalah sumber hukum islam. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): dan jika kalian berselisih dalam perkara apa saja. Kembalikanlah perselisihan kalian kepada Allah dan Rasulullah (An Nisa’ ; 59). Para ulama tafsir mengatakan bahwa mengembalikan perselisihan kepada Allah maksudnya adalah merujuk kepada Al Qur’an manakala terjadi perbedaan pendapat[4].

Turunnya Al Qur’an

                Al Qur’an diturunkan dari lauhul mahfudz secara menyeluruh ke langit dunia pada malam lailatul Qadr di bulan Ramadhan[5], Allah ta’ala berfirman (yang artinya)Sesungguhnya kami telah menurunkan AlQuran pada lailatul Qadr (Al Qadr ; 1).

                 Sedangkan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Al Qur’an Allah turunkan secara bertahap. Sejak beliau berumur 40 tahun sampai menjelang wafatnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (artinya): sesungguhnya kami menurunkan Al Qur’an kepadamu berangsur-angsur (Al Insan ; 23)

Yang menyampaikan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam

                Yang diberikan amanah oleh Allah ta’ala untuk menurunkan Al Qur’an dari sisi Allah ta’ala kepada Abul Qasim shalallahu alaihi wa salam adalah Jibril Alaihissalam. Beliau adalah salah satu dari malaikat yang dekat dengan Allah dan memiliki kedudukan mulia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya):  dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semeta alam, dan dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (jibril) kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa arab yang jelas (As Syu’araa ; 192-195).

Yang pertama diturunkan dari Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam

                Ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah 5 bagian awal dari surat Al A’laq. Kemudian wahyu tidak turun beberapa lama hingga Allah turunkan 5 ayat pertama dari surat Al Mudatsir.

Surat Madaniyah  dan Surat Makiyyah

                Telah diketahui bahwa surat-surat dalam Al Qur’an terbagi kedalam 2 jenis. Surat madaniyah dan surat makiyah. Surat madaniyah adalah surat dalam Al Qur’an yang Allah turunkan setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hijrah dari mekah menuju madinah. Sedangkan surat makiyah adalah bagian dari Al Qur’an yang diterima Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah.

Penulisan Al Qur’an dan Pengumpulannya

                Dimasa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak banyak aktivitas penulisan wahyu. Sebab mayoritas manusia membaca dan mengajarkan Al Qur’an dengan mengandalkan hafalan. Jikalau ada penulisan Al Qur’an maka media yang digunakan adalah pelepah kurma, batang pohon yang telah mengering, bebatuan dan kulit hewan. Namun tulisan-tulisan tersebut belumlah dikumpulkan akan tetapi menyebar di berbagai tempat dan orang.

                Di zaman Khalifah Abu Bakar Radhiallahu anhu tepatnya tahun 12 Hijriah. Barulah kemudian tulisan Al Qur’an yang tersebar dikumpulkan dalam satu mushaf. Kebijakan tersebut khalifah tempuh pasca perang yamamah yang banyak memakan korban dari kalangan penghafal Qur’an. Khawatir Al Qur’an punah dikarenakan kematian orang-orang yang menghafalnya, beliau perintahkan para sahabat kumpulkan berbagai media  yang tertulis didalamnya Al Qur’an kedalam satu mushaf dan untuk mencatat Al Qur’an dari para penghafal Al Qur’an.

                Penulisan dan Pengumpulan Al Qur’an yang terakhir terjadi di masa Usman bin Affan Radhiallahu anhu. Saat beliau menjabat sebagai amirul mu’minin terjadi perselisihan di kalangan umat islam. Pemicunya adalah perbedaan dialek dalam membaca Al Qur’an. Takut terjadi perpecahan besar di tengah-tengah umat maka beliau perintahkan sekelompok sahabat menyalin mushaf Al Qur’an yang disimpan Hafsah bint Umar Radhiallahu anhumma.

Selain itu beliau juga mengamanatkan jika diantara sahabat yang ditugasi menyalin Al Qur’an berbeda pendapat. Tulislah Al Qur’an dalam dialek Quraysi karena Al Qur’an Allah turunkan dalam dialek Quraysi.  Setelah rampung proyek tersebut. beliau menarik seluruh mushaf yang tersebar sebelumnya dari peredaran. Beliau ganti dengan mushaf salinan dari mushaf yang berada pada istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Tujuannya untuk menyatukan umat dalam satu standar mushaf Al Qur’an yang kemudian dikenal dengan mushaf usmani




[1] Tulisan ini disarikan dari kitab ushul tafsir karya syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullahu ta’ala hal 8-10, cet 3 1430 H. Dar Ibnu Jauzy KSA
[2] Tafsir Jalalain ; 271. Imam Jalilain Ta’liq Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfurry cet 2/1422H. Darussalam KSA
[3] Tafsir As Sa’dy hal 429. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy Rahimahullahu cet 1/1420 H Darul Haitsam Mesir
[4] Penjelasan ini dapat dilihat dalam kitab Tafsir Jalalain, Aisirut Tafsir dan Tafsir As Sa’dy.
[5] Tafsir Jalalain hal 609

Comments