Agar Pertemuan dengan Allah jadi Menyenangkan


Bismillah

Penasaran dengan judul tulisan ini? Agar rasa ingin tahu hilang, perhatikan firman Ar Rahman berikut ini, Allah ta’ala berfirman [yang artinya]: Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya (Al Kahfi : 110).

                Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi mengatakan maksud dari “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya” adalah pengharapan dan penantian untuk mendapatkan pahala dan kenikmatan dari Allah saat menghadap Sang Pencipta di hari kiamat[i].

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dibicarakan pada ayat ini adalah perjumpaan yang membahagiakan. Pertemuan antara hamba dan Rabb alam semesta dalam suasana suka cita. Allah ridha kepada makhluk-Nya dan yang dicipta senang kala bertemu dengan Dia.

Lalu bagaimana agar perjumpaan tersebut menyenangkan? Jawabannya bisa kita temukan pada lanjutan ayat tersebut. “Hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya”. Intisari dari cuplikan ayat tersebut adalah “amal saleh” dan “tidak mempersekutukan Tuhan dalam peribadatan”. Yuk mari kita bahas 2 keyword tersebut dengan merujuk kitab Tafsir.

Syaikh Abdurrahman bin Nasir As Sa’di Rahimahullah menuturkan bahwa amal saleh adalah amal yang mencocoki syariat Allah, mencakup amalan wajib maupun sunnah[ii]. Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menyebutkan bahwa amal saleh adalah amal yang meneladani Nabi[iii]. Cocok dengan apa yang Rasulullah kerjakan dalam hal jenis, jumlah, alasan, tata cara, waktu dan tempat pelaksanaan[iv].

“Tidak mempersekutukan Tuhan dalam peribadatan” adalah penjabaran dari istilah “Ikhlas”. Secara ringkas Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi Hafidzhahullah mendefinisikan ikhlas adalah beramal tanpa riya’ dan sum’ah alias murni untuk dan karena Allah[v].  Penulis Tafsir Al Qur’an Al Adzim mengisahkan tanya jawab antara Sahabat Ubadah bin Somit Radhiallahu anhu dan seseorang mengenai ikhlas. Person yang mulia ini ditanya mengenai seseorang yang solat, zakat, puasa, haji dan sedekah berharap wajah Allah namun mencintai pujian atas ibadah yang dikerjakan. “Yang bersangkutan tidak mendapat pahala sedikitpun dari Allah ta’ala karena beribadah pada Allah disertai niat mencari perhatian manusia” tutur beliau[vi]

Usai kita kupas satu persatu mari kita satukan uraian-uraian diatas menjadi satu kesimpulan. Syaikh Abdurrahman bin Nasir As Sa’di Rahimahullah mengatakan bahwa sesiapa yang menggabungkan ikhlas dan amal saleh niscaya akan memperoleh apa yang diharap dan dicari yaitu perjumpaan dengan Allah dalam suasana yang menggembirakan. Bertemu dengan Ar Rahman dalam keadaan diridhoi.[vii] Siapa yang mengerjakan amal saleh maka perbuatan tersebut sia-sia tidak membuahkan kecintaan Allah. Sedangkan person yang ikhlas dalam beramal namun tidak mencocoki tuntunan Nabi niscaya musnah tak berbekas di akhirat[viii].

Jadi agar pertemuan dengan Allah jadi menyenangkan, ikhlaslah dalam beramal dan teladani Nabi dalam peribadatan J. Alhamdulillah aladzi bi ni’matihi tatimus shalihaat. Semoga bermanfaat J

Jogja  31 Mei 2013

Rahmat Ariza Putra.  





[i] Aisirut Tafasir 1:994
[ii] Taisirul Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan 1:526
[iii] Tafsir Al Qur’an Al Adzim 3:114
[iv] Syarah Arba’in Nawawi li Syaikh Utsaimin  1:116
[v] Aisirut Tafasir 1:994
[vi] Tafsir Al Qur’an Al Adzim 3:114
[vii] Taisirul Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan 1:526

[viii] Aisirut Tafasir 1:995

Comments