Bismillah
We are losing a coffee culture to the CWD[1]
PATOGEN
Layu kopi adalah penyakit yang disebabkan
oleh jamur Fusarium xylarioides. Penyakit yang disebabkan jamur dari kelas Ascomycetes ini
pertama kali diamati tahun 1927. Coffee wilt disease yang menyerang jaringan
pengangkut muncul pertama kali di Afrika pada perkebunan kopi yang menanam
varietas Coffea excelsa dan merupakan salah satu penyakit utama yang menyerang
Coffea sp (Tesfaye
Alemu, 2012)
(Kopi yang terserang Layu Kopi dengan gejala layu daun)
DAMPAK NEGATIF
Layu Kopi yang disebabkan F. xylarioides menginfeksi kopi pada semua
fase pertumbuhan. Penyakit yang juga dikenal dengan nama Tracheomycosis
(vascular wilt
disease ) dengan
cepat membunuh inang dalam waktu 6-8 bulan sejak gejala awal muncul dan
menyebabkan kehilangan total bagi petani. Gejala yang muncul pada buah
menyebabkan penurunan kualitas biji kopi dan menurunkan harga jual (Mike A.
Rutherford, 2006).
GEJALA dan TANDA
F. xylarioides
masuk kedalam tubuh inang melalui luka yang terdapat pada akar dan batang.
Jamur ini menghasilkan racun phytotoxyn penyebab klorosis. Klorosis menyebabkan
perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning pucat. Selanjutnya daun layu dan
mengering. Awalnya perubahan warna dan pelayuan terjadi secara gradual lalu
terjadi secara massif dan unilateral. Pada tahap lebih lanjut akan terjadi
defoliasi. Dimana terjadi kerontokan pada ranting, dahan dan batang. Kerontokan
dimulai dari bagian paling atas atau ujung (Mike A. Rutherford, 2006).
.
Gejala lain
yang muncul dapat diamati pada buah kopi. Buah muda yang terinfeksi mengalami
perubahan warna menjadi merah akibat proses pematangan dini. Pada dahan atau
ranting muda terjadi gejala nekrosis. Berupa munculnya bercak-bercak gelap
hitam kecoklatan sebagai akibat dari kematian sel-sel pembuluh vaskular. Gejala
terakhir yang bisa diamati nampak pada batang. Terjadi perubahan warna coklat
menjadi biru kehitaman pada batang kopi. Dimulai dari batang utama yang dekat
dengan tanah lalu merambat keatas (M. L. Lewis Ivey, 2008).
(gejala
Layu Kopi yang terdapat pada Buah Kopi berupa pematangan prematur)
Tanda penyakit Layu Kopi dapat
diamati manakala infeksi jamur telah merata di seluruh jaringan tubuh. Tanda
tersebut berupa serbuk spora berwarna merah muda yang muncul pada bagian kulit
batang inang[2]
(gambar beragam gejala dan tanda
penyakit Layu Kopi)
EPIDEMIOLOGI
A.
Penyebaran
Inokulum Fusarium xylarioides yang hidup di
tanah, potongan-potongan batang, daun, ranting dan akar tanaman yang telah mati
akibat Layu Kopi serta inang alternatif [3] menyebar dengan bantuan
air (splash-borne disease), udara (air-borne disease), tanah (soil-borne
disease) dan aktivitas manusia[4].
Tanah dimana kopi yang terinfeksi F.
xylarioides tumbuh seringkali merupakan sumber inokulum. Inokulum yang terdapat
pada tanah dapat bertahan hidup selama 2 tahun dalam bentuk
klamidospora. Apabila tanah tersebut tidak diberi perlakuan khusus semisal
penyemprotan fungisida sebelum ditanami kembali, maka tanah tersebut akan
menjadi media penyebaran penyakit Layu Kopi
Droplet air hujan melarutkan spora vegetatif F.
xylarioides yang terdapat pada kulit batang Kopi yang terinfeksi. Larutan yang
mengandung inokulum patogen kemudian mengalir melalui di permukaan atau didalam
tanah. Apabila inokulum ini menempel pada tanaman lain yang memiliki luka pada
akar atau batang, maka akan terjadi proses inokulasi. Rangkaian peristiwa
seperti ini juga terjadi pada penyebaran dengan bantuan angin
Praktik budidaya yang buruk oleh manusia juga
menjadi sebab tersebarnya F. xylarioides. Sebagai contoh adalah praktik
pemangkasan yang tidak prosedural. Selain membuka jalan bagi patogen
menginfiltrasi melalui luka akibat pemangkasan, alat pangkas yang sebelumnya digunakan
untuk memangkas dapat menyebarkan konidium dari satu pohon ke pohon lain
apabila sebelum digunakan tidak dicuci
Praktik sanitasi yang buruk juga membantu
penyebaran penyakit Layu Kopi. batang, daun, ranting, buah kopi yang terinfeksi
yang tidak dibuang jauh dari perkebunan atau dimusnahkan, akan menjadi sumber
inokulum yang bias menginfeksi tanaman lain melalui penyebaran yang dibantu
oleh angin atau air[5]
B. Cara
Patogen Bertahan Dalam Kondisi Ekstrim.
Fusarium xylarioides membentuk klamidospora untuk bertahan hidup pada
kondisi ekstrim seperti kekurangan makanan atau kondisi lingkungan tidak
menguntungkan. Klamidospora terdiri dari 1 atau 2 sel bersegmen yang merupakan
modifikasi dari sel-sel hifa yang membesar dan membentuk dinding sel tebal.
Klamidospora mengandung spora vegetative yang disebut konidiospora. Alat
kembang biak aseksual ini akan berkecambah manakala suhu dan lingkungan kembali
pada kondisi optimal untuk pertumbuhan (Agrios, 2005)
(Gambar spora vegetatif F. xylarioides berupa konidiospora)
C.
Wilayah Penyebaran
Ledakan penyakit Layu Kopi terjadi di Afrika.
Uganda, Rwanda, Zimbabwe, Ethopia, Kongo dan Tanzania menjadi negara-negara
paling terdampak[6][7]
D.
Siklus Hidup Patogen
(gambar
siklus hidup F. xylarioides)
Inokulum F.xylarioides terdiri dari 3 jenis spora aseksual. Mikrokonidia,
Makrokonidia dan Klamidospora. Dari ketiganya hanya Klamidospora yang mampu
bertahan dalam kondisi ekstrim dalam jangka waktu 2 tahun pada sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi atau tanah.
Sedangkan alat kembang biak vegetatif yang lain hanya dapat hidup pada tanaman
inang yang masih hidup.
Apabila inokulum yang tersebar
dengan bantuan air, udara, tanah dan aktifitas manusia melekat pada tanaman
yang sehat, maka tabung spora inokulum yang melekat pada spora akan membentuk
struktur khusus yang Apresorium. Struktur hasil modifikasi miselium ini akan
melakukan penetrasi ke tubuh inang melalui luka atau ujung akar. Setelah
berhasil menembus cortex, spora-spora vegatatif melakukan penetrasi lebih dalam
sampai menembus jaringan pembuluh xylem.
Didalam pembuluh angkut xylem
dimulai fase infeksi. Pada tahap ini, F.
xylarioides mulai mengambil nutrisi dari tanaman inang dan melakukan
perbanyakan aseksual atau kolonisasi dengan memproduksi spora vegetatif berupa
mikrokonidia. Kemudian mikrokonidia tersebar keseluruh jaringan dengan
memanfaat aliran air dan unsur hara. Dititik dimana mikrokonidia bermuara,
spora akan berkecambah lantas membentuk miselium. Miselium yang terbentuk
segera menembus dinding sel yang belum terinfeksi ke segala penjuru. Setelah itu terjadi perbanyakan aseksual
pada sel-sel yang telah dipenetrasi.
Proses yang disebut penyumbatan
pembuluh vascular tersebut terus berlanjut sampai seluruh sel-sel terinfeksi dan
terkolonisasi. Pada saat jaringan pengangkut telah tersumbat oleh F.xylarioides, maka sel-sel daun tidak
lagi menerima aliran air dan unsur hara. Selanjutnya terjadi pelayuan secara sporadis
pada daun-daun inang yang terinfeksi.
Daun yang layu dengan cepat mati dan berguguran. Karena tidak ada lagi daun
yang tersisa, maka tidak ada fotosintesis. Bila tidak ada fotosintat maka
tanaman akan kehabisan bahan makanan lalu mati. Kematian ini ditandai oleh
proses defoliasi berupa kerontokan ranting, dahan dan batang yang diawali pada
bagian pucuk lalu menjalar kebawah.
Pada tahap-tahap akhir menjelang
kematian inang, miselium berupaya menembus dinding sel. Apabila miselium
berhasil mencapai titik terluar, maka akan segera terjadi pembentukan alat
kembang biak aseksual. Spora vegatatif yang terbentuk dapat diamati sebagai
tanda penyakit berupa serbuk halus merah muda yang terdapat disekujur kulit
luar batang. Spora vegatatif ini akan
menjadi inokulum baru yang akan melakukan penetrasi pada inang baru sehingga patogenesis
F. xylarioides terulang kembali.
E.
Faktor Pendukung Pertumbuhan
Fusarium xylarioides berkembang biak dengan baik
pada tanah berpasir yang berada pada zona iklim hangat (Agrios, 2005).
Temperatur, kelembaban tanah dan udara yang tinggi adalah kondisi yang baik
untuk pertumbuhan jamur Fusarium (Steve Bost, 2013)
PENGENDALIAN PENYAKIT
Praktik-praktik manajemen
pengendalian penyakit Layu Kopi sejauh ini belum menunjukkan hasil efektif. Kopi
yang telah terinfeksi oleh Fusarium xylarioides tidak mungkin dapat
diselamatkan. (Julie Flood, 2009). Oleh karena itu pengendalian penyakit Layu
Kopi mengandalkan upaya pencegahan dan penelitian serta pengembangan varietas
kopi yang resisten (Mike A.
Rutherford, 2006). Diantara upaya preventif yang bisa dilakukan adalah sebagai berikutt [8],[9][10]:
- Penggunaan bibit yang diperoleh dari wilayah yang tidak menjadi tempat penyebaran penyakit.
- Merendam bibit kopi dengan cairan fungisida untuk mengurangi inokulum yang terdapat pada bibit
- Inspeksi rutin pada tanaman kopi yang berada pada luasan perkebunan. Apabila menemukan pohon yang nampak padanya gejala Layu Kopi, segera lakukan eradikasi. Lalu buang dan bakar tanaman yang terinfeksi tersebut sehingga tidak menjadi sumber inokulum
- Lakukan penyemprotan pada tanah yang menjadi tempat hidup tanaman yang terinfeksi layu kopi dengan cairan cupri-sulfat untuk mengurangi jumlah inokulum yang terdapat pada tanah
- Higienisasi alat pangkas dan potong sebelum digunakan dengan menggunakan cairan alkohol 75%. Dengan tujuan untuk membersihkan alat dari kemungkinan inokulum yang menempel
- Lakukan penanaman ulang 2 tahun[11] setelah tanaman yang terinfeksi dimusnahkan. Dengan harapan dalam jangka waktu tersebut jumlah inokulum yang terdapat di tanah berkurang
- Hindari praktik pengendalilan gulma dengan cara membabat atau mencongkel karena dikhawatirkan akan melukai perakaran Kopi dan menjadi jalan masuk F. xylarioides
- Tanam tumbuhan penutup dari kelompok Legumen seperti Desmodium sp. Karena kehadiran tanaman ini dapat mencegah perkembangan gulma. Dan bila gulma tidak ada maka praktik pengendalian yang dapat melukai perakaran kopi tidak diperlukan. Selain itu, karena Legumen mampu mengikat nitrogen, maka tanaman ini dapat membantu Kopi memperoleh unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N.
2004. Plant Pathology, 4th
edition. Elsevier Academic Press. California, USA
Alemu, Tesfaye. 2012. A Review of Coffee Wilt Disease, Gibberella
xylarioides (Fusarium xylarioides) in Africa with Special Reference to Ethiopia.
Ethiopian Journal of Biological Sciences. Ethiopia.
Coffee Research Foundation. 2012. Coffee
www.infonet-biovision.org - Coffee.html>. Diakses
tanggal 1 November 2014.
Flood, Julie. 2009. Coffee Wilt Disease. CAB
International. Wallingford, UK
Gonsalves. A.K, and Ferreira. S.A. 2011. Fusarium Primer.
Hawaii University. Hawaii, USA
Rutherford. M.A. 2006. Current Knowledge of Coffee Wilt
Disease, Major Constraint to Coffee Production in Africa. CAB International.
Bakeham Lane, UK
---------------------------------------------------------------------------------------------
[1]
Ugandan Agriculture State Minister, Kibirige Ssebunya, Coffee Policy Makers
Workshop, Hotel
Equatoria, 15 December 2006 (The Monitor, 18 December
2006).
[2] www.infonet-biovision.org -
Coffee.html
[3] Tesfaye Alemu, A review of coffee wilt disease, Gibberella xylarioides (Fusarium
xylarioides) in Africa with special reference to Ethiopia
[4] Andrew K. Gonsalves dan Stephen A. Ferreira, Fusarium Primer
[5]
www.infonet-biovision.org - Coffee.html
[6]
Tesfaye Alemu, A review of coffee wilt disease, Gibberella xylarioides (Fusarium
xylarioides) in Africa with special reference to Ethiopia
[7]
Mike A.
Rutherford Current Knowledge of Coffee Wilt Disease, Major Constraint to Coffee
Production in Africa
[8]
www.infonet-biovision.org - Coffee.html
[9]
Mike A.
Rutherford. Current Knowledge of Coffee
Wilt Disease, Major Constraint to Coffee Production in Africa
[10]
Julie Flood. Coffee Wilt Disease
[11]
Julie Flood. Coffee Wilt Disease
Comments