Pengendalian Penyakit Tanaman Terpadu Sebagai Upaya Meningkatkan Produktifitas Agroindustri Primer yang Berkelanjutan di Negara Berkembang
Bismillah
Keberadaan
penyakit tanaman mencegah budidaya dan pertumbuhan tanaman pangan atau bisa
saja tanaman dibudidayakan dan berkembang namun serangan penyakit mengakibatkan
kerusakan pada tanaman dan mengurangi produksi pangan sebelum dipanen (Agrios,
2005)
Penyakit
tanaman yang disebabkan oleh patogen berupa jamur, bakteri, virus, nematoda dan
fitoplasma adalah hambatan biotik yang mengurangi hasil budidaya di berbagai
penjuru dunia. Di negara berkembang, kehilangan hasil panen akibat penyakit
tanaman seringkali lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Terutama karena
komunitas petani kekurangan solusi yang cocok dan sumber daya yang diarahkan
untuk pengandalian penyakit. Diperkirakan bahwa 10-15% hasil panen petani yang
sedikit di negara berkembang hilang karena serangan penyakit tanaman, dan
kehilangan bisa bertambah apabila setelah panen terjadi serangan penyakit. (El Khoury, 2010)
Dalam
beberapa dekade terakhir upaya pengendalian penyakit di banyak negara
berkembang didominasi oleh penggunaan
pestisida. Dan dari tahun ke tahun jumlahnya semakin bertambah. Akan tetapi
manajemen pengelolaan penyakit dengan cara ini menimbulkan banyak masalah. Kerusakan
kelestarian alam, gangguan kesehatan pada manusia dan munculnya patogen baru
yang lebih resisten. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu teknik pengelolaan penyakit yang lebih komprehensif yang ramah
bagi manusia dan lingkungan namun tetap efektif dalam mengendalikan penyakit
Sejak
kesadaran masyarakat tentang bahaya pestisida muncul, para peneliti berupaya
mengembangkan suatu teknik pengendalian penyakit yang mampu mengurangi
kehilangan hasil panen namun dengan dampak kerusakan lingkungan yang minim.
Metode tersebut sering disebut Integrated
Diseases Management atau pengendalian penyakit terpadu (PPT)
PPT
sering didefinisikan sebagai Teknik pengendalian penyakit tanaman yang
menggunakan pendekatan berkelanjutan (sustainable
agriculture) untuk mengelola penyakit tanaman dengan mengkombinasikan
metode biologis, praktik budidaya, mekanis dan kimiawi pada suatu mekanisme
yang meminimalisir resiko terhadap biaya, lingkungan dan kesehatan manusia.
(Overton, 1996)
Variasi
strategi, taktik, dan teknik yang digunakan dalam PPT dapat dikelompokan paling
tidak kedalam 2 prinsip pokok yang mempunyai cakupan luas. Pencegahan dan
Terapi. Pencegahan mencakup segala macam taktik yang diterapkan sebelum terjadi
infeksi dan prinsip yang kedua berkaitan dengan semua metode yang digunakan
dalam PPT manakala telah terjadi serangan penyakit. Seiring perkembangan zaman,
konsep ini mengalami perkembangan sebagaimana yang diusulkan oleh H. H Whetzel.
Dalam pemaparannya, beliau mengusulkan empat prinsip yaitu eksklusi, proteksi, imunisasi
dan eradikasi (Otis, 2005).
EKSKLUSI
Eksklusi adalah segala tindakan yang mencegah
masuknya patogen penyebab penyakit tanaman ke suatu wilayah, area pertanian
atau pertanaman. Prinsip ini dibangun atas dasar asumsi bahwa patogen hanya
dapat bergerak dalam jarak yang pendek jika tanpa bantuan agen pembawa, bisa
berupa manusia atau vektor (Otis, 2005). Oleh karena itu selama tanaman dijauhkan
dari patogen, maka penyakit tidak akan muncul (Agrios, 2005)
Ekslusi
membutuhkan peran aktif pemerintah dalam hal ini pembuatan regulasi yang
sejalan dengan konsep eksklusi. Diantaranya adalah aturan karantina untuk
setiap bibit, tubuh propagatif, dan tanaman yang didatangkan dari luar negeri.
Hal ini sesuai dengan hasil kajian bahwa ketiganya dapat menjadi agen pembawa
patogen.
Oleh
karena itu pada setiap pintu masuk
barang diperlukan ruang karantina untuk mengisolasi benih atau tanaman
impor sampai jangka waktu tertentu untuk mengetahui apakah membawa penyakit
atau tidak. Apabila selama karantina ditemukan gejala penyakit, tindakan
pemusnahan perlu segera diambil. Tapi jika selama isolasi tidak didapati gejala
penyakit maka diijinkan masuk.
Perlu
diketahui bahwa karantina yang baik memerlukan proses inspeksi yang ketat dan
teliti oleh inspektor yang berpengalan. Dengan demikian Negara perlu
menyediakan dan mempekerjakan ahli penyakit tanaman yang bertugas menjalankan
program karantina di setiap bandara atau pelabuhan yang menjadi gerbang
pertukarang barang dan jasa.
Selain
karantina dan inspeksi, prinsip eksklusi juga dapat ditempuh dengan program
sertifikasi benih dan tubuh propagatif tanaman budidaya yang bebas penyakit,
menjauhkan area penanaman dari wilayah yang terserang penyakit tanaman budidaya
tertentu, praktik sanitasi yang baik dalam mengelola tanaman yang terduga
terinfeksi penyakit, alat-alat yang dipakai untuk budidaya dan sisa-sisa
tanaman yang dimungkinkan menjadi sumber inokulum
Eksklusif
seringkali hanya mampu memperlambat waktu (buying
time) penyebaran penyakit bukan menghentikan masuknya penyakit ke suatu
wilayah secara total. Meski demikian, pihak-pihak terkait memperoleh tambahan
waktu untuk menyiapkan strategi berikutnya apabila penyakit tertentu masuk
sehingga dapat mengurangi dampak negatif serangan patogen.
ERADIKASI
Eradikasi atau pembasmian adalah
beragam metode yang bertujuan untuk membasmi atau mengurangi jumlah inokulum
patogen yang terdapat pada suatu area, tanaman atau bagian tanaman (benih atau
akar) pada saat belum terjadi ledakan penyakit (Otis, 2005). Kebanyakan praktik
eradikasi dilakukan dengan kultur teknis. Terutama perlakuan terhadap tanaman
inang. Diantara contohnya adalah pemusnahan tanaman yang terinfeksi penyakit
dengan pembakaran, rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup patogen, sanitasi,
menciptakan kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk patogen, pemberian mulsa
yang menggunakan plastik, meningkatkan kualitas hidup tanaman.
Terdapat pula teknik eradikasi dengan perlakuan fisik berupa sterilisasi tanah, penggunaan panas untuk bagian tubuh tanaman tertentu yang diduga mengandung inokulum patogen, pendinginan, atau pemberian radiasi. Eradikasi terkadang menggunakan metode kimiawi yaitu penggunaan zat-zat kimia yang memiliki reaksi tertentu untuk mengurangi patogen. Contohnya adalah fumigasi tanah dan perendaman benih didalam larutan fungisida, Beberapa metode eradikasi menggunakan agen biologis. Sebut saja penggunaan tanaman penjebak untuk menipu patogen dan pemanfaatan tanaman yang bersifat antagonis terhadap nematoda. Terakhir adalah teknik yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan patogen dengan cara pemberian antibiotik kepada tanaman inang (Agrios, 2005)
RESISTENSI
atau IMUNISASI
Sebagaimana manusia dan hewan,
tumbuhan dapat menderita kelemahan antibody yang mencegah infeksi penyakit.
Namun tumbuhan tidak dapat dapat diberi perlakuan imunisasi sebagaimana yang
biasa diterapkan pada manusia. Maka melalui rekayasa genetika para ilmuwan
telah memperkenalkan suatu cara membuat tanaman resisten atau tahan terhadap
serangan penyakit (Agrios, 2005)
Penanaman tanaman yang tahan
terhadap serangan penyakit adalah cara yang penting untuk mengendalikan
penyakit pada tanaman budidaya utama di negara berkembang. Penggunaan benih
yang resisten mendapat sambutan yang baik dari kebanyakan petani miskin karena
merupakan teknik pengendalian penyakit yang tidak membutuhkan biaya tambahan
dan ramah lingkungan (Makkouk, 2010)
Lebih disukai penggunaan
varietas tahan penyakit yang punya 2 mekanisme penangkalan penyakit yaitu
vertikal dan horizontal. Vertikal yaitu tanaman yang punya mekanisme untuk
membatasi inokulum awalan sedangkan horizontal adalah meminimalisir laju
perkembangan patogen. Kebanyakan tanaman yang paling tahan terhadap serangan
penyakit adalah yang telah direkayasa sedemikian rupa sehingga memiliki
kemampuan mengendalikan penyakit secara vertical atau horizontal.
Namun
rekayasa genetika untuk menghasilkan
varietas yang resisten memiliki keterbatasan. Hanya menghasilkan tanaman yang
tahan terhadap suatu penyakit tertentu. Bukan tanaman yang mampu menghadapi
serangan seluruh jenis penyakit yang menjadikannya sebagai inang. Oleh karena
itu pengendalian penyakit dengan metode ini memiliki spektrum yang sempit dan perlu disertai dengan metode pengendalian
yang lain (Agrios, 2005)
PROTEKSI
Prinsip
kerja proteksi adalah membuat sekat antara patogen dan tanaman inang atau
tanaman yang rentan terserang penyakit. Biasanya melalui penggunaan zat kimia
yang disemprotkan dengan sprayer ke permukaan tubuh tanaman sebagai pemisah
seperti fungisida, nematisida, bakterisida. Namun bisa juga berupa pembatas fisik, ruang dan waktu.
Strategi proteksi diterapkan berdasarkan asumsi bahwa dalam suatu area budidaya
daya tanaman telah terdapat patogen dan apabila tidak ada intervensi maka akan
segera muncul infeksi (Otis, 2005)
Selain itu, proteksi diaplikasikan
dengan memperhatikan pengalaman di lapangan terhadap teknik pengendalian
penyakit dengan prinsip eradikasi, eksklusi dan imunisasi mengalami kegagalan
dalam mencegah terjadinya epidemik. Dan bila hal semacam ini terjadi maka
diperlukan pelindungan langsung terhadap tanaman dari patogen yang mungkin tiba
di permukaan tubuh tanaman untuk melakukan inokulasi (Agrios, 2005)
Sebagaimana konsep Eksklusi dan
Eradikasi, Proteksi juga dapat diterapkan dengan kultur teknis. Seperti
rekayasa dalam pengolahan tanah, drainase, irigasi, mengatur pH tanah, mengubah
jadwal dan kedalaman penanaman benih, memberikan jarak yang cukup antar tanaman
dalam suatu area budidaya, pemangkasan dan penjarangan dan kultur teknis
lainnya yang memungkinkan tanaman selamat dari infeksi penyakit atau paling
tidak mengurangi tingkat kegawatan dari
infeksi penyakit sehingga meminimalisir kehilangan hasil panen (Otis, 2005)
--------------------------------
bersambung
Comments