Sertifikat Organik Bukan Tujuan Petani Tranggulasi



Tidak dipungkiri bahwa harga komoditas sayur berlabel organik di supermarket, pada kondisi pasar jenuh, lebih mahal dibanding yang tidak bersertifikat. Dengan kata lain, petani yang memiliki produk tersebut mendapat keuntungan ekonomi lebih dari kegiatan bercocok tanam.

Walaupun secara kasat mata sertifikasi mendatangkan kesejahteraan yang lebih baik bagi pembudidaya, akan tetapi maslahat ini bukan tujuan yang mendorong kelompok P4S Tranggulasi menggeluti pertanian organik. Seperti yang dinyatakan pendirinya, Pitoyo, SP, bercocok tanam ramah lingkungan ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, kesehatan produsen dan konsumen, kelestarian alam dan kesejahteraan peladang.

Kombinasi keempat motif tersebut, menurut Pitoyo, adalah  sumber energi gerakan yang ia canangkan lebih dari 2 dekade silam. Meski kemakmuran tetap tidak terpisahkan dari pertanian organik , tapi bukan berpangkal dari sayur yang dijual lebih mahal di supermarket atau retail modern, melainkan datang dari biaya produksi yang lebih murah. Bahkan di saat harga komoditas terjun bebas di pasar tradisional, petani anti pestisida dan pupuk sintetis ini masih lebih untung daripada kolega yang masih mengandalkan input eksternal pabrikan.

Beginilah yang terjadi di Dusun Selongisor, tempat Kelompok Tranggulasi menanam sayuran. Sampai 10 tahun sejak sang inisiator, yang kerap menjadi pembicara pertanian organik di level internasional itu, membebaskan diri dari bahan kimia berbahaya, pangan yang beliau jual kepada seluruh lapisan masyarakat belum bersertifikat. Brokoli, kol, cabe, selada bebas residu beracun itu bisa hadir di meja makan siapa saja, tak peduli miskin dan kaya, melalui jaringan distribusi lokal.

Seandainya Pitoyo CS tidak kedatangan distributor bermodal besar yang hendak menjual lobak dkk pada etalase berpendingin, mungkin hingga kini registrasi LSO 024 tidak dimiliki petani lereng Merbabu ini. Tuntutan konsumen menengah atas yang berbelanja sayur-mayur di swalayan lah yang membuat mereka mau direpotkan oleh administrasi.

Ada atau tidak sertifikat, budidaya pangan sehat harus tetap  berjalan. Hal ini terbukti dari waktu ke waktu. Hanya pembeli yang membutuhkan jaminan birokrasi yang harus menanggung biaya formalisasi. Penikmat seledri alami yang tidak memiliki rekening banyak digit seperti penulis tidak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk mengkonsumsinya.

Singkatnya, selembar kertas dan beberapa baris angka keluaran lembaga negara bukan pemicu utama. Bagaimana berbudidaya sayur secara ekonomis, tidak berbahaya untuk kesehatan, aman bagi lingkungan dan mampun mencukup kebutuhan-lah yang tetap menjadi dorongan terbesar.

Comments