Sejak pertama kali bisa berbicara, kegemaran manusia adalah berseloroh mengajukan kalimat tanya kepada pengasuh alias orang tua. Mencari jawaban dan menghilangkan rasa penasaran terhadap segala hal yang ada. Tidak ada ketakutan juga kekhawatiran apa-apa. Bahkan untuk pertanyaan tabu, bagaimana proses dirinya dapat lahir hadir ke dunia. Begitulah fitrah makhluk berakal, merasakan dengan panca indera lalu bertanya kenapa demikian adanya
Sebagai orang tua, tanpa curiga, bapak-ibu berikan penjelasan supaya sang anak tahu dan paham realita. Itulah watak bijak mereka. Dengan hati yang lapang dan bahagia memberikan penjelasan bagi setiap anak. Tak terpikir olehnya diam atau yang lebih buruk meminta buah hati melalukan hal serupa.
Proses dialogis ini adalah fakta yang salah satu akibatnya adalah mengakrabkan hubungan anak dengan orang tua. Betul memang ucapan kaum cendekia bahwa komunikasi adalah awal manifestasi cinta. Karena saling sayang, anak bertanya lalu orang tua menjelaskan kenapa. Murni dan bersih berangkat dari hati suci tanpa pikiran negatif yang mengubur logika.
Dear mahasiwa, bukankah seperti itu relasi kamu dengan bapak ibu di rumah? Harmonis karena dialogis. Kenapa tidak kamu terapkan hal serupa di kampus tercinta. Datangi orang tua dalam ini hal ini bu rektor atau yang mewakili untuk diskusi dan bertanya setiap kali rasa penasaran mengemuka. Yakinlah bahwa beliau-beliau yang ada di lantai 2 gedung utama sayangi segenap yang diasuhnya. Seperti yang mereka katakan saat OSPEK dalam pidato pembuka.
Tidak masuk akal kalau kamu diam berbicara di belakang lewat media sosial sementara orang-orang yang telah menganggap dirinya orang tua tidak diajak bicara. Bertanyalah. Datangi dan akrabi mereka dengan diskusi. Sampaikan aspirasi dan apa saja yang kamu anggap menyusahkan. Sebagai orang jujur yang telah mengangkat dirinya sebagai bapak-ibu mahasiswa, yakinlah mereka akan menyambutmu dengan tangan terbuka minus sesuatu yang menakutkan seperti dimasukkan dalam daftar hitam apalagi sampai dikeluarkan.
Sudah banyak bukti bahwa bapak-ibu rektor itu baik hati seperti yang penulis pernah alami sendiri. Saat itu kami diamanahi menjadi panitia agenda penyambutan maba. Karena merasa ada yang sedikit janggal soal anggaran, penulis datangi wakil rektor bidang kemahasiswaan. Terjadilah obrolan panjang bernuansa kekeluargaan. Setelah mendapat penjelasan dan bernegosiasi, kesepakatan jalan tengah pun diputuskan.
Apakah setelah datang menemui dan bertanya secara langsung kemudian penulis dihukum? Tidak. Apa yang seharusnya tetap bernilai A tidak secara dzalim diubah menjadi E. Juga saat semua rangkaian studi diselesaikan, wisuda pun tetap datang. Betul sekali, tidak ada dampak buruk apa-apa. Justru yang menjadi nyata adalah sebaliknya. Penulis semakin dekat dan akrab dengan mereka.
Kecuali kamu anggap bapak-ibu itu musuh, sejujurnya tidak ada alasan bernalar yang membuatmu ragu untuk menemui Bu Halimah atau wakilnya. Mahasiswa diberikan hak untuk bertanya dan rektor secara ikhlas mengambil kewajiban untuk menjawab sebagaimana tulusnya mereka saat menerima perwalian anak-anak muda yang disebut agen perubahan
Dear mahasiswa, berhentilah berbisik di warung kopi soal naiknya denda. Di gedung rektorat di sana ada orang tua yang siap diajak bicara. Datang dan bertanyalah langsung kepada mereka. Jangan jadi anak durhaka. Bergosip di belakang namun enggan tatap muka dengan pembuat kebijakan. Hidup Mahasiswa
Sebagai orang tua, tanpa curiga, bapak-ibu berikan penjelasan supaya sang anak tahu dan paham realita. Itulah watak bijak mereka. Dengan hati yang lapang dan bahagia memberikan penjelasan bagi setiap anak. Tak terpikir olehnya diam atau yang lebih buruk meminta buah hati melalukan hal serupa.
Proses dialogis ini adalah fakta yang salah satu akibatnya adalah mengakrabkan hubungan anak dengan orang tua. Betul memang ucapan kaum cendekia bahwa komunikasi adalah awal manifestasi cinta. Karena saling sayang, anak bertanya lalu orang tua menjelaskan kenapa. Murni dan bersih berangkat dari hati suci tanpa pikiran negatif yang mengubur logika.
Dear mahasiwa, bukankah seperti itu relasi kamu dengan bapak ibu di rumah? Harmonis karena dialogis. Kenapa tidak kamu terapkan hal serupa di kampus tercinta. Datangi orang tua dalam ini hal ini bu rektor atau yang mewakili untuk diskusi dan bertanya setiap kali rasa penasaran mengemuka. Yakinlah bahwa beliau-beliau yang ada di lantai 2 gedung utama sayangi segenap yang diasuhnya. Seperti yang mereka katakan saat OSPEK dalam pidato pembuka.
Tidak masuk akal kalau kamu diam berbicara di belakang lewat media sosial sementara orang-orang yang telah menganggap dirinya orang tua tidak diajak bicara. Bertanyalah. Datangi dan akrabi mereka dengan diskusi. Sampaikan aspirasi dan apa saja yang kamu anggap menyusahkan. Sebagai orang jujur yang telah mengangkat dirinya sebagai bapak-ibu mahasiswa, yakinlah mereka akan menyambutmu dengan tangan terbuka minus sesuatu yang menakutkan seperti dimasukkan dalam daftar hitam apalagi sampai dikeluarkan.
Sudah banyak bukti bahwa bapak-ibu rektor itu baik hati seperti yang penulis pernah alami sendiri. Saat itu kami diamanahi menjadi panitia agenda penyambutan maba. Karena merasa ada yang sedikit janggal soal anggaran, penulis datangi wakil rektor bidang kemahasiswaan. Terjadilah obrolan panjang bernuansa kekeluargaan. Setelah mendapat penjelasan dan bernegosiasi, kesepakatan jalan tengah pun diputuskan.
Apakah setelah datang menemui dan bertanya secara langsung kemudian penulis dihukum? Tidak. Apa yang seharusnya tetap bernilai A tidak secara dzalim diubah menjadi E. Juga saat semua rangkaian studi diselesaikan, wisuda pun tetap datang. Betul sekali, tidak ada dampak buruk apa-apa. Justru yang menjadi nyata adalah sebaliknya. Penulis semakin dekat dan akrab dengan mereka.
Kecuali kamu anggap bapak-ibu itu musuh, sejujurnya tidak ada alasan bernalar yang membuatmu ragu untuk menemui Bu Halimah atau wakilnya. Mahasiswa diberikan hak untuk bertanya dan rektor secara ikhlas mengambil kewajiban untuk menjawab sebagaimana tulusnya mereka saat menerima perwalian anak-anak muda yang disebut agen perubahan
Dear mahasiswa, berhentilah berbisik di warung kopi soal naiknya denda. Di gedung rektorat di sana ada orang tua yang siap diajak bicara. Datang dan bertanyalah langsung kepada mereka. Jangan jadi anak durhaka. Bergosip di belakang namun enggan tatap muka dengan pembuat kebijakan. Hidup Mahasiswa
Comments