Dari Menanam Bayam di Pinggiran Jogja, Hingga Mengembangkan Sayur di Perbatasan Indonesia


Beberapa jam sebelum tangan ini tergerak menyusun tulisan, entah mengapa saya tertarik membuka sejumlah foto-foto kenangan. Gambar datar berisi lembaran kehidupan dan jejak perjalanan. Lika-liku petualangan yang berhulu pada sayuran

Di tahun-tahun terakhir perkuliahan, waktu itu, bersama empat kawan, saya merintis kelompok yang jantungnya adalah pertanian. Kala tersebut, sayur merupakan komoditas yang kami andalkan. Memproduksi bayam, kangkung, kacang, bawang umbi-umbian juga langkah permulaan dari banyak sekali keberuntungan. |

Dari seribu polibag sayur yang menghampar di halaman, kesempatan emas terus berdatangan. Tak sampai 6 bulan sejak panen permulaan, prestasi hibah PHBD kembali ke pangkuan jurusan. Belakangan, aktivitas berkebun sayur ringan mulai mengisi kolom-kolom di koran. |

Selanjutnya, momentum mempresentasikan hasil penelitian dalam seminar pendidikan giliran bertandang. Seirama dengan penambahan kegiatan, harapan bisa ikut berbakti bagi ibu pertiwi jadi kenyataan. Wujudnya berupa pendampingan program KKN di lapangan. |

Sejak keterlibatan itu, saya memperoleh banyak kenalan merangkap jaringan. Jalan-jalan ke berbagai kota untuk menyambung pertemanan dan memperkaya pengetahuan jua tak terelakkan. |

Dengan kesibukan itu semua, soal pekerjaan tidak pernah saya khawatirkan. Ia hanya ekses yang tidak terhindarkan. Sebelum wisuda, saya sudah mandiri karena telah berpenghasilan. Tentu sayuranlah sang lantaran. |

Selepas itu, saya diberi ajuan untuk mengunjungi benua Afrika di seberang lautan. Bermain dan bekerja  pada sektor pertanian di tempat-tempat yang tidak terbayangkan. |

Kembali ke tanah kelahiran, selang beberapa bulan, takdir diri kembali berpapasan dengan sayuran. Kali ini saya diserahi urusan agar menjadikan petani sayur sebagai kawan di perbatasan. Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat kepada Arrahman

Comments