Setiap Taqdir Allah Mengandung Hikmah (kisah nyata yang dialami istri mbah Maridjan)

Bismillah

                Pagi hari Sabtu 4 Desember 2010, sebuah sedan vios bergerak menyusur jalanan kota Sleman. Bukan untuk mencari berita apalagi sekedar gossip, mobil yang dikemudikan dr.Rizki Hafidzhahullahu berangkat menuju kelurahan pangukan untuk  membuka pelayanan kesehatan gratis bagi korban letusan merapi yang berasal dari desa Kinahrejo. Tentu memori kita masih menyimpan dengan rapi apa yang terjadi di desa tersebut tanggal 26 Oktober 2010. Ya, hari itu menjelang matahari terbenam, desa itu dibenamkan oleh amukan gelomban awan panas. Hasilnya, puluhan korban jiwa bergelimpangan disekitar wilayah desa kinahrejo tak terkecuali mbah Maridjan yang ditemukan tewas mengenaskan dirumah beliau bersama ke 4 warga lain.

                Tulisan ini tentu tak akan membahas seluk beluk dan misteri yang mengundang perdebatan seputar kematian mbah Maridjan karena telah banyak kuli tinta yang membahasnya.   Akan tetapi tulisan akan mengangkat sebuah kisah yang mungkin selama ini hanya tersimpan dalam ingatan anak tertua mbah Maridjan. Tak disangka pagi itu, rombongan tim medis MER-C yang menyambangi posko pengungsian tempat warga kinahrejo selama ini tinggal berkesempatan untuk bertemu langsung dengan keluarga besar mbah Maridjan yang kebetulan saat itu sedang Allah uji dengan sedikit rasa sakit.

Selang satu jam setelah dr.rizki sibuk mendiagnosa penyakit pasien yang datang berikhtiar mencari kesembuhan dengan mendatangi posko pelayanan kesehatan gratis MER-C datang seorang perempuan paruh baya yang mengeluh sakit. Selepas dokter mendiagnosa penyakit yang diderita ibu tersebut, terjadilah obrolan santai antara tim medis MER-C dengan perempuan paruh baya itu. Perempuan yang lahir dan besar di desa kinahrejo itu, mengaku dirinya adalah anak tertua mbah Maridjan. Setelah selesai menceritakan asal-usul dan keluarganya, mata perempuan itu berkaca-kaca. Meski beliau tidak kehilangan satupun anggota keluarga intinya, beliau tetap kehilangan ayahnya yang tercinta Mbah Maridjan. Tentu tidak berlebihan jika hal itu menjadi sebab mata beliau berlinang air mata.

Sembari berusaha mengusap air mata beliau tersenyum, senyum sejuk khas warga jogja itu menandakan bahwa ada satu kebahagiaan yang belum beliau ceritakan dibalik deretan kisah sedih beliau yang kehilangan seluruh harta benda termasuk rumah dan ternak yang terkubur  material vulkanik merapi. Benar saja, sebelum mengakhiri ceritanya beliau mengatakan bahwa ibunya sekaligus istri mbah maridjan selamat dari amukan tanpa perasaan awan panas merapi.  Hari itu 26 oktober 2010, istri mbah maridjan sakit, sehingga keluarga mengupayakan penyembuhan baginya. Sore itu, ditemani anak tercinta, beliau turun untuk berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Fisik yang lemah dan hari yang mulai gelap menghalangi beliau untuk kembali pulang menuju kediaman suami tercinta, mbah maridjan. menunggu kesehatan pulih, sore itu beliau mampir untuk beristirahat dirumah anaknya yang terletak sedikit lebih jauh dari puncak merapi dibandingkan dengan kediaman beliau. Tak disangka, adzan maghrib dipenghujung hari tanggal 26 itu adalah adzan terakhir yang bergema di Kinahrejo, cepat saja awan panas erupsi merapi yang tak dapat diprediksi itu, menerjang dan berusaha memusnahkan peradaban manusia di desa itu. Sontak, warga yang mengetahui kedatangan sang pemusnah itu segera turun lari menjauh menghindari awan panas. Beruntung sekali istri mbah Maridjan yang kala itu Allah taqdirkan berada dirumah anaknya masih sempat berlari menyelamatkan diri dari kejaran awan panas disebabkan jarak beliau yang cukup jauh dari puncak merapi kala itu sehingga cukup waktu bagi beliau untuk lari.

Empat paragraph telah lewat, dan mungkin belum satupun kalimat yang berkaitan dengan judul tulisan ini terucap. Ya benar kawan, bukan bermaksud bertele-tele dan membuat kalian bosan. Akan tetapi agar keseluruhan alur cerita tersaji lengkap maka sengaja 4 paragraf diatas dibuat. Langsung saja kawan, tulisan ini dibuat sebagai bahan renungan tentang betapa Allah adalah Dzat yang Maha Bijaksana, dimana seluruh ketetapannya atas para hamba mengandung hikmah yang terkadang bisa dipahami dan nampak jelas bagi kita semua.

Tidak ada satupun ketetapan Allah yang sia-sia atau tanpa tujuan sebagaimana  perbuatan-perbuatan makhluq-Nya dan hal ini adalah satu keyakinan yang wajib diyakini setiap manusia. Akan tetapi sebagian akal dan pandangan manusia yang cenderung picik dan sempit mungkin akan mengatakan, buat apa Allah menetapkan istri mbah maridjan sakit kala itu. Sedikit manusia mungkin faham bahwa segala jenis kesulitan, musibah atau penyakit yang dialami seorang muslim adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah. Dimana dengan penyakit yang diderita seorang muslim yang sabar, maka itu menjadi sebab Allah menghapus  dosa yang telah lalu dan meberikannya pahala tanpa batas. Tapi dari kisah ini, dengan gamblang dan jelas, Allah telah menunjukkan kepada kita semua hikmah yang sangat besar dari sakit yang Allah timpakan kepada istri mbah Maridjan. ternyata sakit itu Allah jadikan sebab selamatnya beliau dari  terjangan awan panas. Penyakit itu mendorong beliau untuk turun gunung berikhtiar mencari kesembuhan sehingga jarak beliau dan puncak awan panas semakin jauh. Penyakit itupula yang menjadi sebab beliau tidak langsung kembali kerumah mbah Maridjan selepas berobat namun beliau memilih beristirahat dirumah anaknya yang juga berada cukup jauh dari puncak merapi.

Saudaraku, renungkanlah kisah ini. Saudaraku mari kita bersama instropeksi diri sejauh mana kita meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Bijaksana dalam semua ketetapan-Nya. Lihat kawan, kisah ini membuktikkan pula bahwa manusia itu bodoh dan penuh kelemahan lagi selalu berkeluh kesah. Kebanyakan dari kita sering tidak meyakini bahwa seluruh ketetapan Allah ada hikmah-Nya, dan seluruh taqdir Allah bagi hamba-Nya yang beriman adalah kebaikan. Tidakkah kita ingat sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam: sungguh mengagumkan perkara seorang mu’min, sungguh setiap perkara yang dialami seorang mu’min adalah kebaikan, dan tidak seorangpun yang dapat demikian kecuali seorang mu’min. Jika dirinya mendapatkan kebahagiaan kemudia bersyukur maka yang demikian adalah baik baginya, dan jika dirinya tertimpa mara bahaya lalu bersabar maka hal itu juga baik baginya (HR Muslim). Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua.

Malam hari, Markas MER-C 4 Desember 2010
Rahmat Ariza Putra

Comments