Ungkapan Bela Sungkawa Ala Rasulullah

Bismillah

                Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

                Selama masa liburan akhir semester, kebetulan saya menghabiskannya di rumah kakek disebuah pedesaan di Kulon Progo. Selama itu kudapati, hampir setiap pagi  kakekku kedatangan tamu. Tamu yang berbeda namun dengan membawa hal yang sama. Tamu-tamu itu selalu membawa selembar kertas yang didalamnya tercantum nama seseorang yang memang tinggal nama alias telah wafat.  Tak ayal, hampir tiap hari kakek dan keluarga selalu bertakziyah ke rumah keluarga yang ditinggal mati untuk mengungkapkan rasa bela sungkawa sembari mengamalkan ajaran islam  menunaikan hak saudara sesama muslim.


                Melihat fakta diatas, terlintas di benak saya sebuah pertanyaan. Apakah islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan kepada umatnya bentuk-bentuk kalimat bela sungkawa? Akhirnya pertanyaan itu terjawab sudah malam ini. Tak disangka disela-sela pengajian yang diampu ustadz Aris Munandar Hafidzhahullahu, beliau menyampaikan sebuah hadits. Hadits itu menceritakan ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala bertakziyah  ke rumah anaknya Zainab Radhiallahu anhaa yang baru saja ditinggal mati anaknya, Umamah Radhiallahu anhaa. Berikut cuplikan ungkapan bela sungkawa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada anaknya Zainab Radhiallahu anhaa:
 
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ. .

(milik Allah apa yang Allah ambil, dan milik Allah pula apa yang Allah berikan. Dan segala sesuatu telah Allah tetapkan batas waktunya. Maka bersabar dan berharaplah pahala dari musibah yang menimpamu ini. HR Bukhari no 1284). dan lebih baik ditambah

أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ،، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ،، وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ

artinya: semoga Allah memperbanyak pahalamu, menimbulkan kegembiraan pada hatimu dan mengampuni dosa orang yang meninggalkanmu (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, hal. 126)


                Selepas membaca hadits diatas, selayaknya kita sebagai seorang yang mengaku mencintai Rasulullah untuk meneladani beliau dalam segala hal, termasuk pula meneladani beliau dalam masalah ungkapan duka cita. Bukankah Allah telah berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al Ahzab 21). Jika tak mampu mengucapkannya dalam bahasa arab atupun jika kita ucapkan dalam bahasa arab khawatir yang sedang berduka tak dapat memahaminya, maka diperbolehkan kalimat tersebut diucapkan dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian kita tetap mendapat pahala. Mengenai hal ini, sebelumnya telah saya tanyakan kepada Ustadz Kholid Syamhudi. Lc Hafidzhahullahu ta’ala melalui yahoo messenger, dan beliau mengatakan hal itu tak mengapa..

                Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi saya dan seluruh kaum muslimin. Segala bentuk kesalahan pada tulisan ini mutlak beradal dari saya pribadi dan godaan syaithan. Adapun kebenaran hanya milik Allah semata.
Jogja 12 Rabiul Awwal 1431 H
Rahmat Ariza Putra calon STP. Amin 

Comments