[Ternyata Ada yang Lebih "Dermawan" Dari Para Sahabat]

Bismillah

Dahulu orang-orang yang membersamai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dikenal sebagai orang yang dermawan. Sifat murah hati mereka tidak tertandingi yang lain kecuali oleh para Nabi.

Saling mendahulukan satu sama lain dalam urusan duniawi. Saling berlomba-lomba berbagi kenikmatan alam fana kepada saudara seagama. Namun sifat murah hati ini hanya berlaku untuk harta dan kenikmatan dunia.

Tidak tercatat dalam sejarah, ada seorang sahabat Nabi yang mempersilahkan orang lain menempati shaff pertama dalam sholat berjama'ah.

Sampai-sampai jika seandainya hanya tersisa satu tempat di barisan terdepan, maka mereka akan mengundi siapa diantara mereka yang berhak menempatinya

Baginda Nabi shallalahu alaihi wa sallam bersabda

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا

“Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 580)

Disinilah sifat kedermawanan para sahabat hilang. Untuk urusan akhirat, mereka saling bersaing meraihnya termasuk untuk urusan shaff dalam sholat

Tidak rela memberikan keutamaan berdiri di barisan terdepan kepada orang lain. Tersebab mereka mengetahui sabda Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini
,
إن الله وملائكته يصلون على الصف الأول أو الصفوف الأول

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf pertama, atau di beberapa shaf yang awal” (HR. Ahmad dengan sanad yang jayyid, diperoleh dari fatwa Syaikh Sulaiman Al Majid dihttp://www.salmajed.com/node/6237)

Oleh karena itu saya katakan, sungguh sangat "murah hati" orang-orang yang mendahulukan saudaranya dalam memperoleh shaff pertama. Disaat dirinya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk berdiri disana. "Kedermawanan" mereka melebihi apa yang ada pada diri sahabat Nabi.

Rela memberikan kesempatan kepada orang lain untuk meraih keutamaan karena merasa dirinya tidak lebih membutuhkan. Seolah sudah yakin bahwa pahala yang mereka dapatkan telah melebihi saudaranya. Seakan telah memastikan satu tiket surga untuk dirinya.

------------------------------------------------

Comments