Besok, genap 2 tahun yang lalu, sebuah komunitas kecil petani berdiri. Mungkin berlebihan disebut petani karena saat itu yang ada sekadar 300 polibag kecil sisa praktik atau bekas milik peneliti. Sangat sederhana. Mungkin lebih layak disebut coba-coba. Rasa-rasanya memang begitu. Kalau tidak salah, di antara 5 orang pemula yang bergabung, belum pernah sebelumnya menanam sebanyak ini. Di waktu tersebut, mereka hanya bisa menebak-nebak. Yang hadir dalam pikiran hanya harapan. Mudah-mudahan modal secuil ilmu, sedikit uang pribadi dan sebongkah besar tekad dibalut semangat bisa memberi pengalaman berharga tentang apa itu tanam, rawat, panen dan jual.
Ketika itu, pekan keempat Juni 2017 adalah hari-hari terakhir bulan puasa. Sudah tidak ada lagi kaum yang disebut agen perubahan selain mereka berlima di sana. Sepi. Hanya para penjaga dan tetangga yang sesekali menghampiri. Tapi para pemula itu tetap tak peduli. Kerja-kerja bersimbah keringat di bawah terik matahari tetap dilakoni setiap hari. Semua karena satu mimpi. Belajar bertani alami secara mandiri.
Tanggal terus berganti hingga tepat pada 26 Juni, satu hari sebelum Idul Fitri, semua polibag telah terisi. Di hari yang sama, para pemula itu menancapkan bawang merah ke tanah yang didapat dengan jerih payah. Usai seluruh media ditanami, mereka istirahat terhenti. Saat itulah KPO tanpa disadari berdiri. Memang sesahaja ini. Tidak ada deklarasi atau seremoni. Cuma 5 laki-laki yang tersenyum memandangi deretan plastik hitam berisi bawang yang dibudidayakan secara lestari.
Comments