Kedua tangan yang tidak mematung di atas kertas ini milik nobody. Sebuah kata yang sering dikaitkan dengan pribadi yang tak mempunyai pengaruh atau materi. Bisa juga disinonimkan dengan klausa, ia bukan siapa-siapa.
Itu bisa jadi benar sekali. Lahir dari keluarga biasa saja menurut ukuran umum orang Malagasi berarti sejak kecil hidup dalam kesempitan pada berbagai sisi. Amat sedikit rupa-rupa gemerlap fasilitas abad 21 yang sehari-hari dapat dinikmati. Jangankan perguruan tinggi, listrik saja langka sekali di sini. Internet apalagi.
Meski demikian, limitasi di atas bukan kesulitan yang membatasi. Setidaknya bagi teman saya yang satu ini. Meniti hidup sebagai sekuriti karena bekal pendidikan yang tak cukup bermakna tidak mengerdilkan niatnya menggali ragam bahasa luar negeri.
Bermodal nothing, ia berusaha memperkaya khasanah diri. Foto ini menggambarkan fakta itu jelas sekali. Kertas dan bolpen saja tidak mandiri. Bekas. Sisa dan inventaris pekerjaan setiap hari. Jika yang sesederhana itu saja bukan milik sendiri, terlalu tinggi kalau bicara soal gawai-gawai digital seperti yang jamak sekali aku, kamu dan kita kantongi.
Namun bukankah itu memang sarana yang tidak harus ada dalam inventori sosok pembelajar sejati. Setelah kuasa Ilahi, niat dan tekad kokohlah penggenap eksekusi. Selebihnya, kesempatan apa saja yang terrsedia dapat mencukupi hasrat untuk memperbanyak kompetensi.
Mudah-mudahan pembaca termotivasi. Ikut terdorong untuk tidak cepat patah hati kalau-kalau ingin menguasai alat komunikasi selain yang biasa digunakan bangsa sendiri. Ia yang ruang geraknya sempit saja tidak mengurung diri. Pun demikian sebaiknya saya dan anda yang dibanjiri segudang sumber informasi menyikapi.
Terakhir kali, saya ingin kembali menyemangati. Jika laki-laki yang terdokumentasi abadi dalam gambar tersebut tidak berakomodasi apa-apa selain kemauan mempelajari, lalu apa yang membuat kamu masih berdiam diri?
Tirulah geloranya dalam mengkaji. Angka-angka Bahasa Mandarin itu adalah tutur luar negeri keempat yang ia temui kemudian gali dari teman seladang setelah Inggris, Prancis dan yang digunakan pada tulisan ini.
Comments