Sudah Kesepian, Masih Ditolak Juga



Cukup mengenaskan memang perjalanan saya baru-baru ini dari Putussibau ke Badau. Padahal, jalur yang saya tempuh tidak berbeda dengan kepergian sebelumnya menuju kecamatan paling utara. 183 km membelah 2 hutan lindung. Taman nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum.

Lazimnya, rute ini sangat hening. Sepanjang  jalan, segenap jari kaki-tangan masih cukup menghitung jumlah  kendaraan yang berada di depan atau berpapasan. Letak antar kampung di kiri dan kanan juga sangat berjauhan. Setiap 20-30 menit sekali baru saya temukan jejeran rumah isyarat hadirnya pedesaan.

Selebih tanda-tanda peradaban yang di atas saya sebutkan,  tinggalah aneka julang pepohonan dan rupa-rupa fauna penghuni asal yang ketara hingga ujung cakrawala. Boleh dikata, seolah tak ada ujung di sana. Sekurang-kurangnya, begitulah nada hening pada kondisi sebelum merebaknya Corona.

Setelah virus yang sempat diremehkan Istana merebak di mana-mana, lalu lalang manusia dari Malaysia atau kota alamat saya, bukan main berkurangnya. Desa, warung, pos, kedai dan kios bahan bakar jua setali banyak warna. Yang masih buka menerapkan aturan jaga jarak seumpama penjara. Yang bukan lokal tidak boleh belanja atau sekedar duduk memulihkan tenaga.

"Pak beli bensin", pinta saya pada seorang pramuniaga. Tanpa seucap kata, ia menghendaki segera saya pergi dari sana. Untung saja, sebelum bensin guna berkendara pungkas tiada, ada gerai yang bersedia menukar selembar gambar pahlawan bangsa dengan bensin sebejana. 

Tak jauh dari penolakan pertama, saya menjeda laju motor di depan sebuah pos jaga. Sekedar ingin meluruskan punggung dan paha. Belum tuntas saya berujar mohon ijin kepada penunggu pagar, sang atasan dari dalam ruang berpesan lantang, "mas jangan rehat di sini dulu, cari tempat lain. Di perkampungan juga sama, kehadiran anda sementara tidak diterima".

Sesudahnya, saya pun merana. Jajan tidak bisa. Istirahat pun harus jauh-jauh dari perkumpulan manusia selama mengarungi jalan aspal yang bukan kebetulan kalau Tuhan juga ciptakan di sekelilingnya pemandangan menakjubkan. Inilah hal paling menyenangkan di Kalimantan yang kuanggap hadiah perjalanan

Comments