Fokus dan Rajin Review adalah Kunci, Pengalaman Belajar di Usia 25



"Boleh gak kursus jahit," tanya istri. "Boleh," balas saya nyaris tanpa jeda. Setelah berkeliling mencari guru dari satu tukang jahit, ke pengrajin lainnya, dia temukan tokoh yang bersedia. Tuntas membayar sekian juta, keesokan harinya Ibu Hafsah memulai perjalanan mengejar cita-cita. 

Harus tekun dan fokus. Luangkan banyak waktu untuk mengulas materi sendiri ketimbang saat bersama mentor. Kalau ada waktu senggang, pastikan itu jatahnya belajar. Begitu kira-kira nasehat saya  kepada nyonya. 

Wejangan di atas bukan cuma modal lisan saja. 10 tahun sebelumnya, studi dengan metode serupa memungkinkan TOEFL >500 bukan lagi angan semata. Selama satu tahun, saya fokus berguru, berlatih dan memperbanyak review. 

Langkah awal yang saya tempuh adalah mencetak referensi berbahasa Inggris. Plant Pathology by Agrios, sebuah rujukan induk di bangku perkuliahan. 1000 sekian halaman tebalnya. 

Dalam rangka mempelajari ilmu penyakit tanaman dan memperbanyak perbendaharaan kata, hampir setiap malam kitab tersebut dibuka. Ditemani aplikasi Google Translate di Android tua, selembar demi selembar, isi buku saya cerna. 

Tidak cukup dengan mengupayakan kemahiran membaca, demi menguasai keterampilan menyimak percakapan dan berkata-kata, menjelang tidur berbagai rekaman TED Talk saya jadikan tontonan. 

For a couple months, I did not even understand what they were talking about. Pokoknya, usaha memang semata-mata guna melatih pendengaran. Begitu terus hingga lambat laun kosa kata luar tidak lagi asing di kuping. 

Setelah 6 purnama melazimkan sampai punya bekal minimal plus modal, saya putuskan saatnya memantapkan penguasaan ilmu melalui tangan sosok panutan. Pada momen libur panjang, saya berangkat ke Pare, Kediri

Di masa itu, mayoritas pendatang hanya belajar 3 kali 1.5 jam dalam sehari semalam. Sisanya dihabiskan untuk hang-out, jajan, hingga pacaran. Beruntungnya, saya tidak termasuk yang demikian. 

Terhitung lebih dari 1/3 hari saya gunakan untuk hadiri kelas-kelas berbayar. Paling tidak 4 * 60 menit sisanya dimanfaatkan untuk mengulang materi yang diajarkan atau menggarap PR harian. Hanya di akhir pekan saya keluar jalan-jalan. 

Untuk semakin memperdalam, tawaran mendidik pun tentu tak dilewatkan. Raihan nilai ujian nyaris sempurna di lembaga A, mengantarkan saya pada kesempatan berbagi untuk pemula. 

Di bulan kedua, saya lakoni petualangan mengejar cita-cita dengan belajar kepada guru, belajar lewat review, dan belajar dengan mengajar. Lengkap dan berkesan membuat ilmu terus membekas di tahun-tahun mendatang. 

Setelah kembali ke Jogja, untuk mengasah, saya coba ikut ajang perlombaan. Lomba debat dan pembawa berita dalam Bahasa Inggris jadi pilihan. Hasilnya tidak mengecewakan. Juara 3 dari 7 peserta yang mayoritas kuliah di jurusan bahasa.

Comments