Subuh, 2 tahun lalu, Hafsah diare akut. Segala macam tindakan pertolongan pertama tidak mengurangi frekuensi dan intensitas muntaber. Akhirnya saya putuskan Hafsah harus dibawa ke rumah sakit.
Waktu itu BPJS Hafsah terdaftar di Kulon Progo, sementara kami sekeluarga tinggal di Sawangan Magelang. Jarak dari rumah ke layanan kesehatan darurat gratis terdekat kurang lebih 60 km.
Karena di saat yang sama ekonomi rumah tangga sedang tidak baik-baik pasca kebangkrutan usaha, mau tidak mau pilihan saya hanya RSUD Kulon Progo. Pertanyaan berikutnya, bagaimana saya membawa anak menuju faskes tersebut.
Pakai carry tua milik pribadi jelas bukan pilihan karena rawan untuk ngebut, terlebih waktu itu oil pump bermasalah. Dibawa dengan Verza roda dua juga lebih tidak masuk akal.
Di tengah kekalutan, saya ingat mobil ambulan milik jama'ah sebuah masjid di mana saya terdaftar sebagai salah satu sukarelawan jaga. Segera saya telpon PJ-nya. Ijin diberikan dan kurang dari 30 menit kemudian Hafsah sudah berada di kursi pasien mobil Luxio.
Yang mengemudikan tidak lain adalah bapaknya sendiri. Sebagai pengendara konservatif yang sering diejek karena tidak bernyali seperti Valentino Rossi, tiba-tiba saya berani bawa mobil seperti di lintasan balap
Dengan kondisi mobi prima plus sirine ambulan yang sepanjang perjalanan menyala, rute Sawangan, Borobudur, Kali Bawang, Nanggulan, Sentolo, Wates ditempuh separuh waktu normal.
Pukul 08:00 berangkat dari rumah kontrakan, sebelum jam 09:00 sudah di depan UGD. Dengan pelayanan nakes yang sat-set, das-des, sebelum Zuhur anak saya sudah ditempatkan di bangsal untuk kemudian dirawat selama 3 hari berikutnya.
Dibantu gotong royong sesama yang difasilitasi BPJS, dan ambulan serta BBM hasil patungan jama'ah, Hafsah bisa diobati hingga sehat. Alhamdulillah bi ni'matihi tatimushalihaat
Comments